Jun 9th 2024, 13:30, by Sinar Utami, kumparanBISNIS
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed diproyeksi akan mempertahankan biaya pinjaman tetap stabil untuk pertemuan ketujuh berturut-turut.
Mengutip Bloomberg, Minggu (9/6), sebanyak 41 persen ekonom memperkirakan The Fed akan memberikan sinyal dua kali pemotongan dalam "dot plot" yang diawasi ketat. Sementara itu, sejumlah ekonomi mengatakan perkiraan tersebut hanya akan menunjukkan satu atau tidak ada pemotongan sama sekali.
Fed dot plot merupakan alat penting yang digunakan oleh bank sentral AS untuk memproyeksikan masa depan suku bunga.
Setelah menaikkan suku bunga acuan federal fund lebih dari lima persen mulai bulan Maret 2022, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) telah mempertahankan biaya pinjaman pada level tertinggi dalam dua dekade sejak bulan Juli.
Sejumlah pemimpin Fed telah menyatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunga, karena inflasi lebih persisten dan prospek pertumbuhan tetap solid.
"Pertemuan FOMC bulan Juni akan menjadi salah satu pertemuan paling penting tahun ini karena Powell mungkin memberikan petunjuk paling jelas mengenai jadwal penurunan suku bunga. Dot plot baru kemungkinan besar akan menunjukkan dua kali pemotongan sebesar 25 basis poin pada tahun ini, dibandingkan dengan tiga kali pemotongan pada versi bulan Maret," kata Kepala Ekonom Bloomberg, Anna Wong.
"Dengan indikator pertumbuhan yang secara konsisten memberikan kejutan ke sisi negatifnya sejak pertemuan 30 April-1 Mei. Bahkan ketika data inflasi telah memenuhi ekspektasi kami memperkirakan Powell akan terdengar relatif dovish dalam konferensi persnya," imbuhnya.
Adapun The Fed menargetkan inflasi 2 persen tahun ini. Data yang dirilis Jumat menunjukkan lonjakan gaji pada bulan lalu serta percepatan upah, mendorong para pedagang untuk mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga tahun ini.
"The Fed akan memilih untuk mempertahankan suku bunga stabil lebih lama," kata Ekonom Senior Jefferies, Thomas Simons.
"Mereka ingin melihat pembaruan data yang lebih menguntungkan sejalan dengan tren inflasi mendekati 2 persen sebelum mereka merasa nyaman menurunkan suku bunga," tambah Simons.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar