Search This Blog

Para Istri Tentara Rusia yang Dikirim Berperang di Ukraina Unjuk Rasa di Kremlin

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Para Istri Tentara Rusia yang Dikirim Berperang di Ukraina Unjuk Rasa di Kremlin
Jan 7th 2024, 11:16, by Aliyya Bunga, kumparanNEWS

Istri seorang tentara Rusia saat protes di luar gedung kementerian pertahanan Rusia di Moskow, Rusia, 6 Januari 2024. Ia menuntut agar suaminya cepat dikembalikan dari zona perang. Foto: REUTERS/Stringer
Istri seorang tentara Rusia saat protes di luar gedung kementerian pertahanan Rusia di Moskow, Rusia, 6 Januari 2024. Ia menuntut agar suaminya cepat dikembalikan dari zona perang. Foto: REUTERS/Stringer

Belasan istri tentara Rusia yang dimobilisasi untuk ikut berperang di Ukraina menggelar unjuk rasa di depan Kremlin. Mereka meletakkan karangan bunga di depan api Eternal Flame sebagai bentuk simbolis, seraya menuntut agar suami mereka kembali dari medan perang.

Adapun Eternal Flame ditempatkan di Tomb of the Unknown Soldier yang terletak di depan tembok Kremlin, Red Square, Moskow. Api ini telah menyala tanpa henti selama 55 tahun untuk mengenang prajurit Rusia yang gugur saat invasi Prancis (Great Patriotic War) pada 1812.

Dikutip dari AFP, sekitar 15 wanita menerjang dinginnya musim salju dan berdiri di hadapan Tomb of the Unknown Soldier pada Sabtu (6/1) untuk melakukan unjuk rasa damai. Aksi unjuk rasa itu berlangsung tanpa intervensi aparat keamanan.

Tidak adanya intervensi dari aparat ini merupakan momentum yang sangat jarang terjadi. Sebab, biasanya, segala protes terhadap perang di Ukraina akan langsung dengan cepat dihentikan sejak awal karena masalah itu cenderung sensitif bagi Kremlin.

Istri seorang tentara Rusia saat protes di luar gedung kementerian pertahanan Rusia di Moskow, Rusia, 6 Januari 2024. Ia menuntut agar suaminya cepat dikembalikan dari zona perang. Foto: REUTERS/Stringer
Istri seorang tentara Rusia saat protes di luar gedung kementerian pertahanan Rusia di Moskow, Rusia, 6 Januari 2024. Ia menuntut agar suaminya cepat dikembalikan dari zona perang. Foto: REUTERS/Stringer

Pada saat bersamaan, kemarahan masyarakat Rusia telah meluas sejak kerabat mereka diwajibkan menjalani mobilisasi militer agar dijadikan tentara cadangan di Ukraina. Kebijakan itu telah diratifikasi Presiden Vladimir Putin pada September 2022 — memerintahkan 300 ribu pria untuk bersiap dan membantu perang.

Salah seorang wanita yang ditinggalkan suaminya berperang, Maria (47), mengatakan dirinya sudah tidak ada pilihan lain selain berunjuk rasa untuk menuntut kepulangan sang suami.

Kami ingin menarik perhatian pihak berwenang dan masyarakat terhadap seruan kami. Kami telah mencoba beberapa cara. Kami mengajukan permohonan tertulis kepada anggota parlemen, pejabat, pemerintah — tetapi kami tidak didengar," kata Maria.

Adapun suami Maria dipanggil untuk menjalani mobilisasi militer pada November 2022 dan sampai sekarang belum pulang. "Ini tidak adil. Mereka adalah warga sipil, mereka bukan tentara. Suami kami tidak bisa tinggal di sana," tambahnya.

Istri seorang tentara Rusia saat protes di luar gedung kementerian pertahanan Rusia di Moskow, Rusia, 6 Januari 2024. Ia menuntut agar suaminya cepat dikembalikan dari zona perang. Foto: REUTERS/Stringer
Istri seorang tentara Rusia saat protes di luar gedung kementerian pertahanan Rusia di Moskow, Rusia, 6 Januari 2024. Ia menuntut agar suaminya cepat dikembalikan dari zona perang. Foto: REUTERS/Stringer

Terpisah, salah seorang wanita lainnya yang ditinggalkan — Paulina, berpendapat aksi unjuk rasa ini adalah satu-satunya aksi yang belum dilarang oleh hukum.

"Saya merasa kami mengganggu mereka. Tapi tidak ada yang akan tinggal diam. Kami akan terus melakukannya setiap hari, setiap hari Sabtu. Kami akan meletakkan bunga untuk menarik perhatian pada situasi ini," jelas Paulina.

Paulina juga menegaskan, dirinya dan belasan wanita lain yang punya nasib sama tidak akan berhenti untuk memperjuangkan kepulangan para suami mereka — hingga menarik perhatian Kremlin. "Pada titik tertentu, mustahil bagi mereka untuk mengabaikan kami," tutup Paulina.

Tentara cadangan Rusia yang baru ikut serta dalam pelatihan di wilayah Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
Tentara cadangan Rusia yang baru ikut serta dalam pelatihan di wilayah Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS

Pada September 2022, Putin mengeluarkan sebuah dekrit menyerukan mobilisasi parsial pertama Rusia sejak Perang Dunia II. Mobilisasi itu ditujukan menarik sekitar 300 ribu pasukan tambahan bagi pasukan nasional Rusia untuk berperang di Ukraina.

Menurut Putin, sejak operasi militer khusus dimulai Februari 2022, sejumlah 244 ribu tentara Rusia telah dikerahkan untuk bertempur di Ukraina.

Media files:
01hkh1w6vj01agmj491vyj2t12.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar