Oct 14th 2023, 10:46, by Kelik Wahyu Nugroho, kumparanNEWS
Wapres ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK), mengungkap adanya fenomena "pemilu sayang anak" di tengah-tengah kondisi politik saat ini. Menurut JK, hal ini terlihat dari sejumlah tokoh politik yang mendorong dan mendukung anak-anaknya maju Pilpres 2024.
Fenomena pemilu sayang anak disinggung JK saat menjawab pertanyaan terkait rumitnya mencari sosok cawapres, pada talkshow Info A1 kumparan, Kamis (13/10).
Fenomena itu, kata JK, bisa dilihat dari Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri yang awalnya mengusulkan Puan Maharani maju Pilpres 2024 dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mendorong Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Kan semua yang berperan itu anak dari pada presiden. Ibu Mega, mula-mula usulkan Puan. Tapi saya apresiasi Ibu Mega, begitu dia tahu sulit, dia ubah. Pak SBY, dorong juga [AHY]. Pantas saja kita sayang anak kan," jelas JK.
"Tapi di partai-partai di koalisi, NasDem, dan lain-lain tentu mencari yang punya elektabilitas lebih tinggi walaupun sejak awal sudah hampir sudah ada kesepakatan, tapi elektabilitasnya tinggi," imbuhnya.
Tak hanya pada Megawati dan SBY, JK juga melihat anak-anak Presiden Jokowi yang kini fokus di politik. Gibran Rakabuming Raka digadang-gadang menjadi calon terkuat cawapres Prabowo dan Kaesang Pangarep menjadi Ketum PSI.
"Pak Jokowi juga, anak maju," jelas politikus senior Golkar ini.
JK merasa fenomena sayang anak sebenarnya sah-sah saja. Sebab menurutnya, selain di politik, fenomena ini juga biasa terjadi.
"Ini pemilu sayang anak. Ya nanti semuanya saja, saya bilang. Kita pengusaha juga ingin anak kita maju. Semua jenderal-jenderal polisi, ingin anaknya jadi polisi. Semua tentara juga umumnya juga. SBY bapak mertua, dia anak jenderal. Jadi ada presidennya. Cuma sayangnya presiden cuma satu, jadi sulit, rebutan," terangnya.
Fenomena Sayang Anak Bisa Hambat Pemilihan Cawapres
JK menjelaskan fenomena politik sayang anak juga terjadi di luar negeri. Sayangnya, yang menjadi persoalan saat ini, kata dia, adalah sulitnya memasangkan capres-cawapres karena adanya fenomena politik sayang anak.
"Ya tidak apa-apa sih selama itu. Di luar negeri kan juga ada. Katakanlah Bush kan anaknya Bush; di Singapura juga Lee anaknya Lee; di India juga Nehru punya anaknya Indira Gandhi, Marcos, itu biasa saja. Cuma ini cuma satu, ini menyesuaikan ini dan siapa dengan siapa ini yang rumit ini," bebernya.
Menurut JK, proses pemilihan cawapres akan terganggu karena banyaknya kepentingan, termasuk hubungan kekeluargaan. Padahal yang seharusnya dilihat, kata JK, adalah sosok yang memiliki elektabilitas tinggi dan kemampuan.
"Itulah menyebabkan tadi kekalutan itu tadi terjadi, karena terlalu banyaknya tadi kepentingan-kepentingan, apa kepentingan politik, apa kepentingan keluarga, kepentingan apa. Akhirnya tidak terjadi proses politik yang baik kan," terang JK.
"Memilih betul-betul siapa yang punya elektabilitas, siapa yang punya kemampuan, karena dua hal yang harus dipertimbangkan untuk wapres itu, yang pokok itu kan. Nah ini sehingga tidak terjadi, hanya ingin mementingkan seperti itu, hubungan-hubungan seperti tadi kekeluargaan atau apa pun," pungkas JK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar