Search This Blog

Kisah Mereka yang Pernah Bawa Anak Balita Naik Gunung, Lepas Ego & Cek Kesehatan

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Kisah Mereka yang Pernah Bawa Anak Balita Naik Gunung, Lepas Ego & Cek Kesehatan
Sep 23rd 2023, 19:52, by Fachrul Irwinsyah, kumparanNEWS

Ilustrasi anak mendaki gunung bareng orang tua. Foto: Aleksey Matrenin/Shutterstock
Ilustrasi anak mendaki gunung bareng orang tua. Foto: Aleksey Matrenin/Shutterstock

Belakangan ini tengah ramai orang tua mengajak anak mereka yang masih balita naik gunung. Di media sosial bahkan ada yang membagikan video suami istri mengajak anak mereka yang baru berusia 2 tahun mendaki ke Gunung Kerinci.

Video itu menuai pro dan kontra. Ada yang mendukung dengan alasan mengenalkan alam pada anak sejak dini, namun tak sedikit juga yang khawatir dengan kondisi anak.

Beragam alasan menjadi dasar orang tua mengajak anaknya ke gunung. Didi (33) misalnya, dia mengajak anaknya saat masih berusia 1 tahun 11 bulan ke Gunung Papandayan dan ke Gunung Prau saat masih berusia 2,5 tahun dengan alasan untuk memperkenalkan kegiatan luar ruang. Harapannya dengan begitu anak jadi tidak kecanduan main gadget.

"Jadi aku dan suami memilih ngajak anak-anak buat main ke luar khususnya buat kegiatan di alam, jadi aku mulai ajak anakku main ke curug, camping, trekking-trekking lucu dulu sebelum akhirnya aku memutuskan untuk ajak anakku buat naik gunung," kata Didi.

"Intinya sih aku pingin kasih experience yang nantinya bisa dia kenang sama dia," tambahnya.

Senada dengan Didi, Hera Herdiyanti (29), warga Bekasi mengaku mengajak anaknya naik gunung untuk memberikan pengalaman berkegiatan luar ruangan. Sebab ia merasa anaknya yang saat itu berusia 14 bulan kurang begitu suka dengan kegiatan yang membuatnya kotor.

"Enggak mungkin anak kita biarin kayak gini, gimana caranya anak mau kotor masalahnya ini di umur dia harusnya eksplor, jadi kita putusin buat camping kan ga ada pilihan alasnya tanah gitu, itu 14 bulan tuh. Itu camping di puncak, masih yang dekat-dekat, Puncak Bogor gitu, anaknya suka, mau, tapi pas balik lagi ke rumah dia balik lagi kayak gitu," kata Hera.

"Sebulan kemudian bukit Kuta di Sentul mulai agak tinggi tuh, di situ dia main tanah, kotor-kotoran, dia biar berani kotor dia mau banget dan senang," kata Hera.

Dari situlah ia mulai berani mengajak anaknya untuk naik gunung. Hingga umur 3 tahun, anaknya sudah diajak mendaki ke Gunung Gede, Gunung Prau dan Rinjani. Bagi Hera naik gunung bersama anaknya bukan hanya memberikan pengalaman baru bagi anak, tapi juga bagian dari qualitytime-nya.

"Biasanya setiap momen spesial keluarga kami main barenglah, quality time," ujarnya.

Naik gunung bareng anak yang masih kecil tidaklah mudah. Cincin (27) warga Bogor yang pernah mengajak anaknya ke Bukit Sikunir di Dieng, Jawa Tengah, mengatakan sebelum memutuskan mengajak anaknya dia lebih dulu berkonsultasi dengan dokter spesialis anak (DSA). Ia baru mengajak anaknya bila dokter mengizinkannya.

"Kekhawatiran pasti ada, menanggulanginya, ya, dengan persiapan yang matang, kita pasti ke DSA dulu kondisi gimana, aman gak, persiapan matang bangat sih pasti, ngejaga anaknya tetap hangat cari tau tanda-tanda kalau anaknya ga nyaman itu kenapa, kedinginan kah laper kah," tutur Cincin.

Membawa anak ke gunung juga bukan perkara mudah. Barang bawaan menjadi lebih banyak sebab ada peralatan anak yang harus disiapkan.

"Bawaannya jadi lebih banyak, karena bawa selimut, bawa baju bayi yang lebih banyak dari orang tuanya, perkakas bayi yang mastiin dia tetap hangat. Terus karena sekarang mulai makan jadi perlu bawa alat makan dan makanan yang beda kan sama yang orang tua dia makan, ribetnya di situ sih di barang bawaannya aja. Kita juga harus menurunkan ego, kalau ujan dulu gas aja, sekarang musim hujan kita gak (jalan) sih," ujarnya.

Tapi apakah aman membawa anak ke gunung. Apalagi saat masih balita? Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Rahman Mukhlis, mengatakan ada batas usia untuk melakukan pendakian gunung.

"Untuk anak-anak itu ada batasnya. Sebagian besar kalau wisata gunung itu rata-rata aturannya minimal 10 tahun. Dan yang dilakukan di Kerinci itu kurang tepat, ya, menurut saya pribadi dan teman-teman. Kenapa? Dia itu, kan, usianya masih 2 tahun, kemudian dibawanya ke Gunung Kerinci yang bisa dibilang ekstrem, tingginya 3.800 mdpl, itu kurang tepat," ujar Rahman, saat ditemui kumparan di sela-sela acara Weekly Brief with Sandi Uno, yang digelar di Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf, beberapa waktu lalu.

Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Rahman Mukhlis saat Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf pada Senin (18/9). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Rahman Mukhlis saat Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf pada Senin (18/9). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan

Lebih lanjut, Rahman mengimbau para orang tua untuk tidak mengorbankan keselamatan anak mereka, hanya demi memaksakan ego semata.

"Jangan paksakan ego. Itu kan ego bapak ibunya, ya, 'saya bisa bawa ke sini'. Kasihan dianya dipaksain, bahaya nanti kalau orang-orang pada ikutan, kan risiko," imbuhnya.

Sementara Dokter Spesialis Anak, Aisya Fikritama, Sp. A mengatakan, sebetulnya mengajak balita mendaki gunung tak berbahaya dengan syarat memperhatikan beberapa hal.

"Mengajak anak balita untuk mendaki gunung, apakah itu aman? Ya, sebetulnya ini tergantung dari seberapa tinggi dan seberapa jauh dari trek yang didaki ya," ujar Dokter Aisya kepada kumparanMOM.

Ia menyebut, tidak ada patokan khusus usia untuk mengajak si kecil mendaki. Namun, sebaiknya minimal usianya empat tahun.

Media files:
01hav0gbf6mgn6j3be5vz788yj.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts