Jumpa pers soal pengadaan Pepper Projectile Launcher di Mabes Polri, Jumat (14/7). Foto: Jonathan Devin/kumparan
Polri menjelaskan dampak tembakan senapan gas air mata Pepper Projectile Launcher yang nilai pengadaannya mencapai Rp 49 miliar.
Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, memastikan tembakan senjata ini sifatnya hanya melumpuhkan sementara dan tak mematikan.
"Kalau lihat dari penggunaan bahasa Indonesia itu berfungsi jadi tidak berfungsi artinya untuk sementara bukan mematikan. Jadi dia melumpuhkan bukan berarti dia mematikan," kata Ramadhan dalam jumpa pers, Jumat (14/7).
Ramadhan menerangkan, efek dari tembakan ini sengaja dibuat tidak mematikan dengan mempertimbangkan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Efek yang ditimbulkan, katanya, hanya membuat mata sasarannya perih. Namun, hal ini hanya berakibat sementara.
Ilustrasi selongsong gas air mata. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Jadi misalnya ditembak, matanya bisa tidak berfungsi sementara," beber Ramadhan.
"Matanya merasa pedas. Jadi seseorang yang ingin melakukan kejahatan terhalang tindakannya untuk melakukan kejahatan karena matanya pedas. Jadi bukan merusak menjadi buta," imbuh dia.
Pengadaan senjata ini bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2022 sebagai bagian dari modernisasi alat material khusus Polri. Ada 1.857 unit senjata yang dibeli.
Total anggaran yang disiapkan untuk pembelian itu adalah Rp 49.966.763.000. Dengan harga per pucuk senjatanya senilai Rp 9.406.000.
Ribuan unit senjata ini nantinya akan diberikan untuk mempersenjatai personel di Polda Metro Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar