Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Brendan Smialowski/AFP
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh Rusia dan China melakukan uji coba senjata nuklir bawah tanah tanpa sepengetahuan publik. Ia menyebut AS akan mengikutinya.
"Rusia melakukan uji coba, dan China juga, tapi mereka tidak membicarakannya," katanya dalam wawancara dengan program '60 Minutes' CBS, dikutip dari AFP, Senin (3/11).
"Saya tidak ingin menjadi satu-satunya negara yang tidak melakukan uji coba," lanjutnya. Ia menyebut Korut dan Pakistan juga masuk daftar negara yang diduga melakukan uji coba nuklir.
Trump beberapa hari lalu memang memerintahkan Pentagon untuk memulai kembali uji coba senjata nuklir yang berhenti sejak 1992. Pernyataan itu muncul beberapa menit sebelum bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korsel beberapa waktu lalu.
Seorang anggota Tentara Pembebasan Rakyat berdiri saat kelompok penyerang strategis memamerkan rudal nuklir DF-5C selama parade militer untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua, di Beijing, China, Rabu (3/9/2025). Foto: Maxim Shemetov/REUTERS
Saat ditanya apakah dia berencana agar AS meledakkan senjata nuklir untuk pertama kalinya dalam lebih dari 3 dekade, Trump menjawab: "Saya bilang kami akan melakukan uji coba nuklir seperti negara-negara lain".
Tidak ada negara selain Korut yang diketahui melakukan peledakan nuklir selama puluhan tahun. Rusia dan China juga belum melakukan uji coba nuklir sejak 1990 dan 1996.
"Mereka tidak langsung memberi tahu anda. Sehebat apa pun mereka, ini adalah negara yang besar. Anda belum tentu tahu di mana mereka melakukan uji coba," ujarnya.
"Mereka melakukan uji coba di bawah tanah supaya orang-orang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan uji coba. Anda merasakan sedikit getaran," lanjutnya.
Meski demikian, Menteri Energi AS Chris Wright mengatakan kecil kemungkinan AS akan melakukan uji coba senjata nuklir.
"Saya rasa uji coba yang dibicarakan saat ini adalah uji coba sistem. Bukan ledakan nuklir," kata Wright dalam wawancara dengan Fox News.
"Ini yang kami sebut 'non-critical explosions', jadi anda menguji semua bagian lain dari senjata nuklir untuk memastikan semuanya memiliki geometri yang tepat dan menyiapkan ledakan nuklir," jelasnya.
AS menjadi pihak yang menandatangani Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif sejak 1996. Lewat perjanjian itu, seluruh uji coba ledakan atom dilarang, baik itu untuk tujuan militer maupun sipil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar