Permintaan sewa pabrik siap pakai di sekitar Jakarta disebut mengalami peningkatan. Meski demikian, pasokan yang dimiliki tak seimbang dengan permintaan tersebut.
Konsultan real-estate Leads Property mencatat permintaan sewa lahan untuk gudang dan pabrik di Jawa Barat dan Banten memang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada semester I 2024, permintaan lahan ada pada angka 55.000 meter persegi (m2), semester II 2024 60.000 m2, semester I 2025 71.000 m2 dan semester II 2025 mencapai 97.000 m2.
Head of Industrial Services Leads Property, Esti Susanti, menuturkan mayoritas perusahaan yang mendominasi permintaan berasal dari China. Ia juga menjelaskan alasan dari banyaknya perusahaan China yang ingin menyewa lahan pabrik siap pakai di Indonesia karena pasar Indonesia cukup besar.
"Saya tanya, kenapa sih kalian pindahnya ke Indonesia? bukan Vietnam, bukan Thailand, itu salah satu pertimbangan mereka. Tapi Indonesia itu ada satu, ini market besar banget, kalau di China sudah saturated," kata Esti dalam media briefing Leads Property di Discovery Hotel, Jakarta Selatan pada Kamis (20/11).
Faktor lain yang mempercepat peningkatan permintaan dari China yakni perang tarif antara China dengan Amerika Serikat (AS). Hal inilah yang membuat China lebih cenderung menginginkan permintaan sewa bangunan pabrik siap pakai agar produksi untuk ekspor ke AS bisa dimulai dengan cepat.
Esti menjelaskan hal ini masih menjadi tantangan, di mana pada satu sisi China meminta sewa bangunan pabrik siap pakai namun lahan yang ada di sekitar Jakarta tak semuanya memiliki posibilitas untuk pembangunan pabrik.
Berdasarkan paparannya, di Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, Bogor, Karawang dan Purwakarta sebenarnya total pasokan lahan mencapai kurang lebih 2.539.584 m2. Namun rata-rata dari lahan tersebut merupakan lahan gudang.
"Ini adalah beberapa tantangan yang kami identifikasi saat ini. Yang pertama itu karena tidak seimbang antara pasokan. Tidak ada pasokan, tapi permintaan datang terus. Ini memang membuat permintaan tidak bisa diserap," ujarnya.
Untuk Tangerang dengan pasokan seluas 173.944 m2, jumlah lahan yang bisa dijadikan pabrik hanya 22,42 persen. Sementara di Bogor, dari pasokan seluas 182.934 m2, lahan yang bisa dijadikan pabrik hanya 17,75 persen.
Sementara daerah-daerah yang memiliki posibilitas tinggi untuk dibangun pabrik adalah Karawang dan Purwakarta, di mana dari pasokan lahannya seluas 694.670 m2, 86,57 persen di antaranya bisa dibangun pabrik.
Pegawai di pabrik garmen. Foto: Algi Febri Sugita/Shutterstock
Selain itu, Bekasi juga memiliki posibilitas tinggi untuk pembangunan pabrik di mana dari pasokan lahan seluas 1.300.871 m2, 76,26 persennya bisa dibangun pabrik.
Selain itu, Esti juga menuturkan alasan mengapa perusahaan China sebenarnya tak terlalu peduli dengan insentif pajak yang ditawarkan jika mereka membangun pabrik di Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK). Hal ini karena prioritas mereka adalah untuk segera beroperasi.
"Jadi target mereka bukan di KEK, kenapa? Karena semua KEK enggak punya barang dulu (pabrik siap pakai) sudah pasti. Jadi misalnya kita selalu menawarkan (KEK) Kendal, tapi ya enggak ada barangnya (pabrik jadi). Terus kedua, proses akuisisi di KEK itu lebih lama terutama di perizinan-perizinan mereka," ujarnya.
Selain itu, keinginan banyaknya perusahaan China untuk memiliki pabrik siap pakai juga menjadi alasan mereka lebih memilih skema sewa ketimbang membeli lahan. Hal ini karena jika membeli, perusahaan China masih memerlukan waktu untuk akuisisi.
"Yang mereka tanyakan adalah pabrik siap pakai dalam bentuk transaksi sewa, bukan beli. Kenapa? Karena kalau beli, proses untuk akuisisinya itu cukup lama. Sedangkan mereka maunya hari ini saya datang, besok atau malah kemarin saya sudah bisa produksi. Kenapa? Untuk bisa langsung ekspor ke Amerika," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar