Search This Blog

Menkomdigi: Buatkan Akun Medsos Anak Itu Berbahaya

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Menkomdigi: Buatkan Akun Medsos Anak Itu Berbahaya
Nov 20th 2025, 12:25 by kumparanNEWS

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menghadiri peresmian Kampung Internet di Desa Sribit, Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (5/11/2025).  Foto: Nasywa Athifah/kumparan
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menghadiri peresmian Kampung Internet di Desa Sribit, Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (5/11/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengingatkan para orang tua agar tidak hanya membuatkan akun media sosial untuk anak. Sebab, menurutnya itu berisiko.

Hal itu disampaikannya dalam acara Festival Hari Anak Sedunia di Hotel Lumire, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (20/11).

"Mendampingi itu tidak cukup dengan membuat akun yang bisa dipakai anak-anak. Itu malah amat berbahaya," tegas Meutya.

Ia menambahkan, sebagian orang tua beranggapan bahwa anak bisa dipantau bila menggunakan akun milik mereka. Namun hal itu tidak menjamin keselamatan anak dari bahaya digital.

"Meskipun dengan akun itu ada orang tua yang dalam masukannya bilang 'Kan kalau pakai akun saya, saya bisa mem-profile anak saya ke mana saja'. Iya, tapi yang kita inginkan adalah bukan membuatkan akun untuk anak-anaknya, tapi justru mendampingi anak-anaknya dalam melakukan perselancaran di dunia maya," jelasnya.

Dalam mengatur profil risiko anak di ruang digital, yang paling diperhatikan adalah pola interaksi di platform, khususnya bila memungkinkan komunikasi dengan orang asing.

"Tujuh risiko utama yang kita nilai dalam menentukan profil risiko nanti adalah bagaimana interaksi dilakukan, terutama interaksi, apakah platform itu memungkinkan interaksi dengan orang asing," ujar Meutya.

Ilustrasi ragam Sosial Media. Foto: Shutterstock
Ilustrasi ragam Sosial Media. Foto: Shutterstock

Selain itu, konten ilegal dan eksploitasi konsumen juga menjadi perhatian. Meutya menyebut semakin banyak anak yang mulai melakukan belanja online dan berpotensi menjadi korban penipuan karena belum bisa membedakan barang asli atau palsu.

"Anak-anak juga ternyata banyak yang sekarang melakukan pembelanjaan online, dan salah satu suara terbanyak yang diberikan masukan oleh anak-anak waktu itu ketika kita tanya pengalamannya adalah banyak yang kena penipuan," ungkap Meutya.

"Ya karena anak-anak, mereka belum bisa membedakan mana yang betul, mana yang salah, barang aslinya kadang berbeda yang datang. Saya rasa ini enggak spesifik anak-anak, tapi terutama anak-anak itu lebih rentan untuk mendapatkan eksploitasi seperti itu," imbuhnya.

Media files:
01k99k7neppnywg4ntbj4wgz18.jpg image/jpeg,
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar