Mendikdasmen Abdul Muti (tengah) berbincang saat hadiri evaluasi Permendikbudristek 46/2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan saat di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (19/11/2025). Foto: Dok. Kemendikdasmen
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengingatkan orang tua agar lebih memperhatikan aktivitas anak di media sosial. Menurutnya, banyak anak terlihat baik. Tapi, menunjukkan perilaku berbeda ketika berada di dunia maya.
Hal itu disampaikannya dalam evaluasi Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (19/11).
"Dan satu hal yang menurut saya juga perlu menjadi perhatian kita. Sebagian dari pelaku kekerasan itu nampak anak-anak yang terlihat sangat sopan begitu," ujar Mu'ti.
"Tetapi mereka bisa melakukan perilaku kekerasan yang di luar dugaan kita. Orang tua sering menganggap anak saya baik-baik saja begitu, secara lahiriah," lanjutnya.
evaluasi Permendikbudristek 46/2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan bersama Mendikdasmen Abdul Muti (tengah) di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (19/11/2025). Foto: Dok. Kemendikdasmen
Mu'ti menilai media sosial menjadi salah satu ruang yang menunjukkan kondisi psikologis dan karakter anak secara lebih jujur.
"Tetapi mereka kalau kita mencoba masuk lebih jauh bagaimana mereka menggunakan media sosial, kita melihat bagaimana kosakata-kosakata kasar itu sangat dominan," kata Mu'ti.
Ia bahkan mengaku sering memantau komentar publik yang kerap tidak sopan ketika namanya atau kementeriannya diberitakan.
"Saya kadang-kadang memperhatikan kalau ada pemberitaan tentang kementerian atau pernyataan saya di media, kemudian saya ikuti komentar pembaca. Itu juga ya begitu kasar, begitu tidak sopan dan sebagainya. Dan ini menurut saya memang menjadi persoalan kita yang sangat serius," tegas Mu'ti.
Mu'ti menyebut tren kekerasan yang belakangan muncul hanya bagian kecil dari situasi yang sesungguhnya.
"Nah yang kemudian memang agak mengemuka akhir-akhir ini adalah serangkaian tindakan kekerasan yang mungkin kebetulan saja kejadiannya berturut-turut yang menelan korban," tutur Mu'ti.
"Tapi dugaan saya kalau kita mau mencoba melihat lebih jauh lagi saya kira angkanya lebih banyak. Mungkin sebagian tidak terekspos," sambung dia.
Ilustrasi Sosial Media. Foto: Ahyan Stock Studios/Shutterstock
Ia menegaskan masalah ini bersifat mendesak karena berkaitan langsung dengan masa depan bangsa.
"81 juta lebih penduduk Indonesia ini adalah kelompok usia muda, kelompok usia sekolah, yang kalau kita berbicara Indonesia 2045, 2045 itu 20 tahun lagi dari sekarang. Wajah Indonesia 2045 itu adalah wajah mereka yang sekarang belajar di pendidikan dasar dan menengah," tegasnya.
Mu'ti menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor, bukan hanya narasi soal penyebab kekerasan, tetapi juga upaya konkret untuk mengatasinya.
"Kita harus menyelesaikan secara bersama-sama atau dalam istilah yang sering saya sebutkan di kementerian itu partisipasi semesta," kata Mu'ti.
"Tetapi tentu kita tidak bisa berhenti hanya pada menyampaikan narasi-narasi mengapa kekerasan itu terjadi. Tetapi harus sampai kepada way out atau jalan keluar bagaimana agar itu bisa kita atasi," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar