Search This Blog

“Theater of Mind”: Tur GJLS untuk Kenalkan Film ‘Ibuku Ibu-Ibu’ sebelum Tayang

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
"Theater of Mind": Tur GJLS untuk Kenalkan Film 'Ibuku Ibu-Ibu' sebelum Tayang
May 21st 2025, 12:53 by Pandangan Jogja

Tur 'Teater of Mind' oleh GJLS untuk mengenalkan film 'Ibuku Ibu-Ibu' di Jogja, Minggu (18/5). Foto: Dok. Via/Pandangan Jogja
Tur 'Teater of Mind' oleh GJLS untuk mengenalkan film 'Ibuku Ibu-Ibu' di Jogja, Minggu (18/5). Foto: Dok. Via/Pandangan Jogja

Grup lawak GJLS menggelar tur bertajuk 'Theater of Mind' di sejumlah kota untuk mengenalkan film mereka yang berjudul 'Ibuku Ibu-Ibu' sebelum tayang di bioskop. Di Jogja, pertunjukan ini telah digelar pada Minggu (18/5) kemarin.

Pertunjukan ini merupakan prekuel dari semesta film tersebut dan disajikan dalam bentuk teater langsung yang bersifat imajinatif dan jenaka.

"Bikin prekuel dari filmnya. Karena kan biasanya prekuel itu adalah ketika filmnya sudah tayang, terus ada sekuel atau prekuel. Nah, ini kayak, oh, sangat kreatif sekali, bukan?" ujar Hifdzi, salah satu anggota GJLS.

Pertunjukan ini dikembangkan dari segmen podcast GJLS bernama Theater of Mind, yang dikenal dengan pendekatan improvisasi, sketsa, dan komedi absurd. Konsep tersebut kemudian dikembangkan menjadi pertunjukan langsung ke berbagai kota, sebagai bagian dari promosi film Ibuku Ibu-Ibu sekaligus membangun basis penonton lintas platform.

Prekuel yang Tidak Wajib Ditonton

Pertunjukan Theater of Mind tidak bersifat wajib untuk memahami isi film. "Bonus buat penonton off-camp sih, clipwell ini bonus aja gitu. Jadi kalau pun nonton bioskopnya nggak masalah gitu. Tapi kalau kalian nontonnya OM-nya, ini jadi bonus aja gitu sih," jelas Rigen, anggota GJLS.

Tur 'Teater of Mind' oleh GJLS untuk mengenalkan film 'Ibuku Ibu-Ibu' di Jogja, Minggu (18/5). Foto: Dok. Via/Pandangan Jogja
Tur 'Teater of Mind' oleh GJLS untuk mengenalkan film 'Ibuku Ibu-Ibu' di Jogja, Minggu (18/5). Foto: Dok. Via/Pandangan Jogja

Cerita dalam pertunjukan ini mengisahkan masa kecil tiga karakter utama film, yang diperankan oleh para kreator sendiri. Karakter-karakter tersebut diciptakan dari kebiasaan nyata para pemain, seperti "Tolang Hujan" yang gemar membuat lagu sedih, "MC Download" yang terinspirasi dari aktivitas mengedit video bajakan, serta karakter yang sering memberi judul-judul absurd.

Para kreator menyebut genre film ini sebagai Extreme Comedy Absorb Warmness, yang mereka definisikan sebagai perpaduan antara komedi ekstrem, eksentrik, dan tetap menyentuh secara emosional. Film Ibuku Ibu-Ibu mengangkat cerita tentang tiga anak muda yang menghadapi kenyataan bahwa orang tua mereka ingin menikah lagi. Pendekatan visual, naratif, dan gaya penyajiannya dirancang eksperimental.

"Karena kita pengin fokusnya di film pertama ini kita memperkenalkan genre baru dalam dunia perfilman gitu. Genre Extreme Comedy Absorb Warmness gitu ya. Jadi itu sih yang pengin kita perkenalkan itu komedinya dulu," tambah Rigen.

Menyasar Penonton Umum

Meski klasifikasi usia resmi dari Lembaga Sensor Film (LSF) belum diumumkan, para kreator berharap film ini dapat ditonton oleh semua kalangan. "Semua umur bisa harapannya ya," ungkap Rigen.

Menurutnya, film ini juga dapat dinikmati oleh penonton yang belum mengenal GJLS.

"Terus kita juga yang buat tim promo itu kan, itu sudah menonton filmnya dulu, dan mereka benar-benar baru pertama kali menonton film dari GJLS. Dari awal sampai akhir, ini komedi yang kita simpan di film itu, itu benar-benar dimakan sama penontonnya. Jadi menurut gue sangat bisa dinikmati oleh siapa pun. Orang-orang yang mungkin belum tahu GJLS sekalipun," jelas Rigen.

"Dan dengan menonton film ini, seperti tadi yang mau dibilang, nantinya akan jadi jembatan untuk mereka di situ, akan kenal dengan GJLS," imbuhnya.

Hadirkan Cameo dan Monty Tiwa sebagai Sutradara

Poster Theater of Mind oleh GJLS Tour. Foto: Dok. GJLS Entertainment
Poster Theater of Mind oleh GJLS Tour. Foto: Dok. GJLS Entertainment

Film ini juga menghadirkan sejumlah penampilan cameo dari nama-nama publik figur yang tidak ditampilkan mencolok dalam materi promosi. Kehadiran mereka disebut menjadi daya tarik tambahan, khususnya bagi penonton awal.

Sutradara Monty Tiwa terlibat dalam proyek ini sebagai jembatan antara ide kreator dan eksekusi layar lebar. Rigen menyebut pengalaman Monty dalam proyek ini berbeda dari biasanya. "Pak Monty bilang, 25 tahun dia berkarya 70 kali premiere, baru kali ini dia merasakan syuting yang bener-bener tidak menggunakan akidah-akidah dalam ilmu perfilman."

"Alhamdulillah kalau lihat hasil preview, film ini bisa dinikmati sama semua kalangan," tutup Rigen.

Media files:
01jvrnp05fn7r05ahcmag709qw.jpg image/jpeg,
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar