Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa dan Gubernur dan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa dalam rapat di Kantor Bapanas Jumat (16/5/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengundang produsen berbagai komoditas pangan hingga pemimpin daerah di Indonesia timur mulai dari Maluku hingga Papua Pegunungan. Tujuannya untuk membahas tingginya harga komoditas, utamanya cabai di daerah tersebut. Rapat ini digelar secara hybrid di Kantor Bapanas dan melalui Zoom Meeting pada Jumat (16/5).
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, menuturkan rapat ini merupakan lanjutan dari beberapa rapat koordinasi inflasi bersama dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) setiap pekan.
Ketut mengatakan, Bapanas kerap kali menjadi sorotan dalam rapat itu. Sebab tingginya harga beberapa komoditas pangan di Indonesia bagian timur yang merupakan domain Bapanas.
"Karena Indonesia Timur pasti harganya di atas harga acuan yang kami tetapkan, sehingga ini menjadi tantangan tersendiri kalau kita diskusinya lewat telepon, lewat Zoom terus, nggak ketemu," tutur Ketut di Kantor Bapanas Jumat (16/5).
Berdasarkan data yang dipaparkan Ketut, cabai merah keriting dibanderol antara Rp 76.923 hingga Rp 100.625 per kg di Indonesia timur, padahal Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp 37.000 hingga Rp 55.000 per kg.
Lalu cabai rawit merah di wilayah tersebut dibanderol antara Rp 87.682 per kg hingga Rp 118.214 per kg di Papua Tengah, padahal HAP sebesar Rp 40.000 hingga Rp 57.000 per kg.
Telur ayam ras dibanderol Rp 33.688 per kg hingga Rp 50.813 per kg di Papua Selatan, padahal harga acuan nasional Rp 30.000 per kg.
Pedagang menata cabai rawit di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (7/1/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Harga bawang merah paling tinggi wilayah Indonesia timur ini juga terbilang jauh dari harga acuan nasional, yaitu Rp 64.375 per kg di Papua Selatan. Padahal harga acuannya Rp 36.500 hingga Rp 41.500 per kg.
Ketut menuturkan, Bapanas perlu mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para pemimpin di berbagai daerah Indonesia timur. Meskipun dia tidak menampik, permasalahan utama yang membuat harga komoditas tinggi di Indonesia timur adalah transportasi.
Selain itu, dia juga menyoroti banyaknya daerah produsen pangan yang berlokasi di Pulau Jawa hingga Sulawesi, sementara di Maluku hingga Papua terbilang jarang.
"Namun demikian, dengan melihat pokok permasalahan tersebut, kami mencoba menghadirkan pada pagi hari ini sumber-sumber produksi langsung," tutur Ketut.
Dalam rapat ini juga hadir produsen berbagai komoditas pangan, mulai dari beras atau padi, bawang merah, telur, cabai hingga ayam. Ketut berharap para pemimpin daerah bisa berinteraksi dengan berbagai produsen pangan tersebut dan bisa menindaklanjuti komunikasi ke depannya.
"Rapat pada pagi hari ini, hanya langkah awal saja. Kemudian berikutnya mari kita tindak lanjuti di wilayah masing-masing. Misalkan di Papua butuhnya, oh kami butuhnya (apa) biar aman mari kita carikan solusinya. Sehingga dengan demikian akan ada interaksi yang aktif," tutur Ketut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar