Nov 23rd 2024, 20:00, by Muhammad Darisman, kumparanBISNIS
Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di rentang 4,8-5 persen di tahun 2025.
Angka tersebut berbeda dari target pemerintah yang tercantum dalam Asumsi Dasar Ekonomi Makro dalam APBN 2025, bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai 5,2 persen.
Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal, memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2024 bisa mencapai 5,02 persen, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2024 nanti sekitar 4,96 persen.
"Tapi di 2025 dengan berbagai macam kondisi tadi, kita prediksikan tidak akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini yaitu 4,8-5 persen," ungkapnya saat CORE Economic Outlook 2025, Sabtu (23/11).
Faisal menyebutkan beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun depan. Pertama, konsumsi rumah tangga sebagai penentu utama karena berkontribusi 56 persen terhadap PDB Indonesia.
Namun, hal akan ini dipengaruhi oleh penurunan kelas menengah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), 9,7 juta kelas menengah di Indonesia turun kelas menjadi aspiring middle class.
Kemudian dari sisi proporsi tabungan terhadap total pengeluaran masyarakat. Pada 2021 lalu, kata dia, terjadi penurunan tajam terutama terjadi di masyarakat kelas menengah.
Tercatat, masyarakat dengan tabungan di bawah Rp 100 juta mencapai 99 persen dari total rekening yang ada di Indonesia, sementara tabungan yang di atas Rp 100 juta hanya 1 persen saja.
Belum lagi, lanjut dia, berbagai kebijakan yang akan berlaku tahun depan seperti PPN 12 persen, cukai minuman berpemanis, hingga kenaikan harga BBM subsidi bisa menekan kelas menengah lebih dalam.
"Kelas menengah yang mayoritas yang punya kontribusi paling besar menarik konsumsi, sekarang sedang mengalami masalah dan masih belum akan susah untuk pulih di 2025 jika tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan," tegas Faisal.
Kemudian dari faktor investasi, yang menjadi kontributor kedua terbesar terhadap PDB Indonesia. Faisal menuturkan, investasi berpotensi terus meningkat seiring dengan berbagai program unggulan pemerintah baru misal di sektor pertanian, perumahan, dan hilirisasi.
Meski ada potensi, dia menyebutkan kenaikan investasi tidak akan terlalu signifikan di tahun depan karena permintaan domestik yang masih lemah dan ketidakpastian global.
"Namun demikian kita melihat di 2025 walaupun tadi dalam jangka menengah sampai selama 5 tahun berpotensi meningkat investasinya, di 2025 sepertinya belum terlalu signifikan, belum terlalu maksimal," ungkapnya.
Terakhir dari sisi ekspor impor. Faisal menuturkan hal ini tidak lepas dari kondisi perekonomian global. Hanya saja, International Monetary Fund (IMF) baru mengoreksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,3 persen menjadi 3,2 persen.
Selain itu, beberapa negara adidaya diprediksi mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), misalnya Amerika Serikat (AS), China, Jepang, bahkan India.
"Jadi kawasan lain yang tumbuhnya pesat bukan merupakan mitra dagang utama kita. Itu adalah Amerika Latin, Timur Tengah, Asia Tengah, dan juga Saharan Afrika. Nah ini kurang lebih prospek daripada kondisi global yang akan mempengaruhi nanti daripada ekspor kita," pungkas Faisal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar