Sep 23rd 2023, 17:59, by Nabilla Fatiara, kumparanMOM
Moms, coba diingat-ingat, apakah saat sedang melakukan pekerjaan tertentu, pikiran Anda kerap tidak fokus karena memikirkan hal lain? Misalnya, ketika sedang menyetrika baju, ibu mungkin pernah kepikiran "Masak apa ya buat makan malam? Besok anak bekal apa ya?" dan sebagainya.
Tidak dapat dipungkiri, mental load atau beban mental yang terlalu banyak dirasakan oleh para ibu. Beban mental ini tidak terlihat karena semuanya dipikirkan di kepala. Dan orang lain hanya akan melihat Anda mengerjakan tanggung jawab dalam bentuk perilaku maupun kegiatan fisiknya.
"Ketika bicara mental load, semua proses perencanaan, managing, semuanya jalan dan rentetannya itu panjang. Makanya sering enggak disadari bahwa tanggung jawab berupa perencanaan itu semua menghabiskan energi dan kapasitas mental kita," ungkap Psikolog Klinis Dewasa Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, M.Psi., Psikolog, dalam acara kumparanMOM Playdate, Sabtu (23/9).
Nadya menggambarkan kondisi otak ibu yang mengalami mental load seperti mesin yang tidak berhenti bekerja. Karena bagi seorang ibu, yang dipikirkan bukan hanya sekadar hal-hal apa saja yang akan dilakukan. Tetapi, detailnya pun turut dipikirkan, Moms. Misalnya, bagaimana melakukannya, kapan harus dilakukan, dan sebagainya. Apalagi, jika dalam menjalani perannya, tanggung jawab yang dijalani tidak sedikit.
Sebuah penelitian yang dikutip dari BBC juga menyebut meskipun pembagian kerja sudah dibahas dan dibagi rata dengan suami, tetapi pada kenyataannya tetap pekerjaan lebih banyak dilakukan pada ibu.
Lantas, apa sih dampaknya bila ibu memegang terlalu banyak tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga?
"Kalau berlebihan dan terus menerus, maka berisiko mengalami parental burnout. Tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Serta, berdampak pada kemampuan ibu dalam menjalankan sehari-hari," tutur Nadya.
Gejala Parental Burnout yang Bisa Dialami Ibu saat Alami Mental Load
Nadya juga merincikan gejala parental burnout yang bisa dialami oleh para ibu, yakni:
1. Fisik
Ibu cenderung akan mengalami gejala-gejala fisik seperti kelelahan, mual, pusing, dan sejenisnya. Sehingga, ketika kondisi fisik tidak bagus, maka pekerjaan yang dilakukan jadi terganggu.
2. Kognitif
Saat kognitif terganggu, ibu cenderung jadi mudah lupa, sulit membuat keputusan, linglung. Sehingga, ibu yang mengalaminya sebenarnya berkeinginan untuk menyelesaikan pekerjaan, namun otaknya terkadang tidak bisa diajak berpikir.
3. Emosional
Gejalanya seperti mudah marah, emosi, dan melelahkan. Ini tidak hanya dapat terjadi pada ibu, tetapi juga para ayah. "Otomatis ketika emosi ibu tidak stabil akan memengaruhi pikirannya," ucap Nadya.
4. Sosial
Ini merupakan gejala yang juga banyak dialami oleh para ibu-ibu. Pada kondisi tersebut ibu mungkin tidak akan mudah marah. Tetapi, mereka jadi mengeluhkan atau menghindari untuk mengurus anak-anak, enggan terlibat dalam urusan rumah tangga, menarik diri, hingga malas berinteraksi dengan orang di luar rumah.
"Saat berinteraksi dengan anak pun jadi tidak menikmati canda tawanya. Sehingga, badan terasa shut down dan untuk survive-nya ya boost energy," tutur dia.
Meski begitu, Nadya mengingatkan bukan tidak mungkin juga para ayah tak mengalami mental load. Apalagi, di zaman sekarang, pria umumnya sudah mulai terbuka dalam pembagian tugas rumah tangga.
"Tapi tidak bisa dipungkiri, karena terbiasa tanggung jawab itu tanggung jawab ibu, maka masih banyak juga diambil perannya oleh ibu," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar