Search This Blog

Belajar Menjadi Orang Tua: Mendukung Minat dan Bakat Anak

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Belajar Menjadi Orang Tua: Mendukung Minat dan Bakat Anak
May 14th 2023, 09:34, by Dwi Auditya Muttaqin, Dwi Auditya Muttaqin

Belajar Menjadi Orang Tua Mencari Bakat dan Minat Anak
Belajar Menjadi Orang Tua Mencari Bakat dan Minat Anak

Salah satu cara saya belajar menjadi orang tua, yaitu ketika beberapa hari lalu, kolega saya dari negeri sebrang menghubungi saya melalui salah satu aplikasi chat, Whatsapp. Beliau merespons chat saya yang memberitahukan bahwa kakak sepupu saya baru saja diangkat menjadi tenaga pengajar di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dan beliau tertarik untuk bertemu dan berdiskusi terkait bagaimana pola pengajaran yang dilakukan oleh SIKL, apakah menggunakan standar pembelajaran dari Tanah Air, Indonesia, atau mengikuti standar pembelajaran di negeri tersebut.

Ya, kolega saya itu adalah salah satu Direktur perusahaan swasta yang bergerak di bidang Human Resources (HR). Dulu bertemu pertama kali ketika ada kegiatan HR Summit yang dilaksanakan di Yogyakarta.

Saya pada saat itu menjadi Liaison Officer (LO) dalam kegiatan tersebut, yang kemudian menemani beliau dalam setiap kegiatannya di Yogyakarta. Setelah itu, kami cukup dekat dan akrab, bahkan dengan seluruh keluarganya, terutama anak-anaknya yang sangat cerdas dan pintar.

Bahkan, setiap kali saya mengunjungi Negeri Jiran, saya selalu sempatkan untuk silaturahmi, mengunjungi rumahnya, sekadar bertegur sapa, membawa buah tangan, atau mungkin menginap.

Ilustrasi kontak telepon. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi kontak telepon. Foto: Shutter Stock

Karena kedekatannya itu, ketika ke sana, saya selalu dianggap seperti bagian anggota keluarganya yang baru datang dari sebrang, dan saya pun menganggap beliau sebagai ibu angkat, karena kebaikan dan keramahannya.

Dengan sangat terpaksa, dering handphone saya pada pagi itu harus saya abaikan, karena saya masih larut dalam pekerjaan, mengecek persiapan untuk keberangkatan salah satu produk ekspor ke Negeri Gajah, tak lupa saya memberi pesan template singkat "I'll talk to you later".

Ketika matahari tepat diatas kepala, baru saya lihat beberapa notifikasi yang tertinggal, salah satunya telepon yang saya abaikan.

"Halo bu, maaf tadi belum bisa angkat telepon karena masih ada pekerjaan. Bagaimana kabar?" saya memulai panggilan dan percakapan dengan menanyakan kabar.

Ilustrasi menerima panggilan telepon. Foto: Thinkstock
Ilustrasi menerima panggilan telepon. Foto: Thinkstock

"Ya, kabar sehat. Bagaimana dengan kamu, istri dan anak-anak disana? Semoga pada sehat semua ya. By the way, keponakanmu yang di Singapore itu punya rencana untuk liburan musim panas di Indonesia, dia punya list beberapa Gunung Merapi yang ingin dikunjungi di sana," dia membicarakan anaknya yang sulung, yang sedang menempuh pendidikan High School di Singapore, seorang diri tanpa didampingi orang tuanya, dan dalam program beasiswa. Salah satu dari dua anaknya yang saya bicarakan sebelumnya, cerdas dan pintar.

Dia memang memiliki ketertarikan tersendiri tentang Gunung Merapi, apalagi ketika saya cerita kalau di Pulau Jawa ini ada beberapa Gunung Merapi yang sangat memungkinkan untuk dikunjungi sampai ke puncak tanpa harus susah payah berkemah atau mendaki, seperti: Gunung Tangkuban Perahu, Bandung; Gunung Bromo, Probolinggo; atau Gunung Ijen, Banyuwangi.

Waktu masih Sekolah Dasar (SD), ibunya pernah mengirimkan sebuah video, dia membuat sebuah miniatur Gunung Merapi, lengkap dengan ilustrasi erupsinya dengan menggunakan beberapa bahan kimia yang diajarkan di sekolah.

Anaknya yang bungsu tak kalah cerdas dan pintarnya. Pernah satu kali saya memberikannya hadiah sebuah drone mini untuk si bungsu, begitu barang sampai, langsung dia rakit dan terbangkan drone tersebut tanpa ada kesalahan dalam pemasangan dari keempat baling-baling tersebut.

Ilustrasi menerbangkan drone. Foto: Diana Grytsku/Shutterstock
Ilustrasi menerbangkan drone. Foto: Diana Grytsku/Shutterstock

Padahal sebelumnya, saya coba untuk rakit sendiri, drone nya tidak mau terbang, sampai saya coba hubungi penjual untuk dibantu diarahkan perakitannya. How foolish I am.

Tak hanya itu, Ibu nya sering kali menyampaikan beberapa prestasi akademik dan non-akademik yang dicapai oleh anaknya, yang selalu membuat saya kagum, karena umur mereka yang masih cukup belia. Sehingga timbul tanda tanya, bagaimana sebetulnya pola asuh yang diterapkan oleh kedua orang tuanya sehingga anaknya bisa menjadi cerdas dan pintar seperti itu.

"Ashad beberapa hari yang lalu saya bawa ke salah satu tempat Sport Center di Yogyakarta, dia tertarik untuk ikut sebuah klub sepatu roda yang ada disana. Tanpa pikir panjang, saya langsung membelikan dia sepasang sepatu roda, lengkap dengan decker dan helm nya untuk safet," saya langsung menjawab pertanyaan kabar beliau dengan cerita anak sulung saya, Ashad.

"Interesting, jadi sekarang dia sudah pintar sepatu roda?" segera dia membalas cerita saya.

"Tidak juga, karena ternyata dia hanya tertarik sesaat, karena ketika dia di rumah, dia susah sekali untuk saya ajak berlatih, dan sekarang sudah malas untuk kumpul dan latihan dengan klub sepatu roda itu," daya menjawab.

Ilustrasi wanita memegang ponsel di dapur Foto: Shutterstock
Ilustrasi wanita memegang ponsel di dapur Foto: Shutterstock

"Bagaimana sebetulnya kita bisa menemukan minat dan bakat dari anak? Beberapa minggu setelahnya, Ibu nya berniat mendaftarkan Ashad untuk ikut les di salah satu tempat kursus vokal, karena dia melihat Ashad lagi senang untuk menyanyikan lagu-lagu anak dan kebetulan sepupunya ikut les vokal juga di salah satu lembaga kursus dekat rumahnya," saya meneruskan jawaban saya sendiri dengan bercerita tentang keresahan saya sebagai orang tua baru.

Karena saya berpikir, rasanya tidak mungkin orang tua tidak mendukung minat dan bakat dari sang anak, jika memang mereka suka.

Tapi, setelah dipikir, sebelum ke sana, bagaimana sebetulnya kita tahu bahwa anak kita minat dan suka akan hal tersebut? Bagaimana kalau ternyata kita memaksa sang anak untuk menyukai sesuatu yang kita suka, bukan mereka suka.

"Memang betul, tugas kita sebagai orang tua adalah mendukung anak-anak kita, apa pun pilihan mereka, asalkan positif. Dan jangan lupa, kita juga yang memberikan mereka pilihan. Ketika anak hanya diam di rumah, melihat orang tua membaca buku, bermain game, atau melakukan aktivitas lainnya, itu adalah cara kita sebagai orang tua memberikan pilihan bagi anak. Kenapa? Karena hanya itu yang mereka lihat sebagai aktivitas yang bisa mereka lakukan." Beliau menjawab.

Ilustrasi kedekatan orang tua dan anak. Foto: LightField Studios/Shutterstock
Ilustrasi kedekatan orang tua dan anak. Foto: LightField Studios/Shutterstock

"Jangan berpikir ketika menjadi orang tua itu kita berhenti belajar. Kita itu terus belajar, belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik untuk anak. Bahkan, seorang guru pun ketika dia sudah dalam tahap memberikan pelajaran kepada muridnya, dia terus belajar, belajar bagaimana menjadi guru yang baik, belajar bagaimana menyampaikan materi, atau belajar mata pelajarannya sendiri sebelum memulai mengajar. Jadi, ketika kita sudah menjadi orang tua dan memiliki anak, ya kita akan terus belajar, dan mencari bakat dan minat anak, itu adalah salah satu subjek pembelajarannya.Karena anak adalah makhluk tuhan yang sangat istimewa dengan segala keunikannya masing-masing."

Sebuah jawaban yang membuat saya berpikir, bagaimana selama ini saya memposisikan diri dan istri saya, terhadap anak-anak dalam keluarga. Karena saya sempat merasa cukup dengan ilmu yang sedikit yang saya miliki ini untuk bisa memberikan sebuah pelajaran dalam kehidupan sang anak. Pada akhirnya, memang semua kembali pada diri sendiri, sang orang tua baru, akan dibawa ke mana dan jadi apa anak-anak itu kelak.

"Speaking of which, saya ada plan untuk bertemu dengan saudara kamu yang katanya baru kerja di Kuala Lumpur itu, tolong kirimkan no yang bisa dihubungi dan saya akan arrange waktu dan tempatnya," lanjut ibu angkat saya karena saya sempat terdiam memikirkan apa yang beliau sampaikan tentang cara parenting yang mungkin sudah dijalankan bersama sang suami selama ini.

"Oh ya bu, nanti saya kirimkan no nya, dan saya info juga ke dia kalau Ibu akan menghubungi dia. Dan tolong info juga ke Xavier untuk menghubungi saya jika sudah fix akan datang ke Indonesia untuk liburan nanti dan salam untuk Xander, si bungsu," balas saya, mengakhiri pembicaraan dan menutup telepon.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar