Jan 21st 2023, 17:02, by Dhea Annisa Putri, Dhea Annisa Putri
Siapa, sih, yang enggak tahu lato-lato? Rasa-rasanya nyaris semua orang sudah enggak asing lagi dengan yang namanya mainan lato-lato. Fenomena lato-lato belakangan ini tengah hype di Indonesia. Orang-orang di berbagai penjuru dan dari berbagai kalangan usia—dari anak-anak hingga dewasa—turut memainkannya.
Lato-lato adalah mainan dua bola yang terikat dengan tali. Cara bermainnya gampang-gampang susah dengan mengayunkan dua bola tersebut hingga saling berbenturan dan mengeluarkan suara "tek-tek".
Kalau menilik asal-usul permainan lato-lato ini, sebenarnya pertama kali muncul di Amerika dan Eropa sekitar tahun 1960-an. Dulu, namanya klackers, klick-klacks atau clackers.
Pada mulanya permainan ini terbuat dari bahan yang mudah pecah seperti kaca dan kayu. Namun, hal tersebut mengakibatkan banyak terjadinya kasus cedera. Risiko insiden yang terjadi karena lato-lato tersebut membuat lato-lato pernah ditarik dari penyebaran dan dilarang untuk dimainkan di beberapa negara.
Di negara asalnya, Amerika Serikat, lato-lato menyebabkan insiden yang mengakibatkan permainan ini menimbulkan cedera pada banyak anak-anak yang memainkannya. Akibatnya, sejak 1966 permainan ini dilarang Food and Drugs Administration (FDA) untuk dimainkan di Amerika karena tidak memenuhi standar yang baik. Sebab, bahan lato-lato yang mudah pecah.
Tidak hanya di Amerika Serikat, latto-latto pun pernah kena banned atau dilarang untuk dimainkan di Inggris. Alasannya karena suara yang timbul dari permainan ini dianggap mengganggu kenyamanan banyak orang. Selain itu permainan lato-lato ini juga dapat melukai anak-anak yang memainkannya dikarenakan bahan dari lato-lato saat itu menggunakan akrilik yang keras dan dapat pecah sehingga bisa melukai anak-anak.
Juga di negara Mesir, permainan lato-lato juga dilarang peredarannya pada tahun 2017. Soalnya permainan ini di sana dianggap melecehkan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi. Hal ini terjadi karena masyarakat Mesir pada saat itu menyebut permainan lato-lato sebagai "Sisi's ball" yang mengacu kepada bagian intim sang presiden. Karena itulah permainan ini dilarang untuk dimainkan di Mesir.
Sementara di Indonesia, permainan lato-lato sebenarnya bukanlah hal baru. Lato-lato pernah populer di Indonesia era tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an. Dan, kini lato-lato kembali hype dan tengah naik daun di Indonesia.
Lato-lato yang kini kerap dimainkan dari berbagai kalangan dan sedang viral di Indonesia menggunakan bola berbahan plastik. Dengan adanya inovasi tersebut, kini lato-lato sudah lebih aman dimainkan. Tetapi itu tetap tidak menutup kemungkinan terjadinya cedera saat memainkannya.
Lato-lato semakin "meledak" sejak Desember 2022 lalu. Permainan ini viral dan dimainkan oleh semua kalangan. Saat kunjungan ke pasar Subang, Provinsi Jawa Barat, Presiden Joko Widodo pun sampai ikut mencoba memainkan lato-lato bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Video-video viral permainan lato-lato juga banyak muncul di banyak platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Bahkan, sampai permainan tersebut dijadikan ajang kompetisi di berbagai daerah. Hadiahnya pun enggak kalah menggiurkan.
Maraknya peminat lato-lato membuat banyak pedagang lato-lato semakin menjamur. Anak-anak di berbagai daerah kini bermain lato-lato, tetapi perhatian keselamatan dalam bermain permainan tersebut juga minim.
Ada beberapa cedera yang disebabkan oleh lato-lato di Indonesia. Seperti kasus yang terjadi di Kalimantan Barat, di mana seorang anak-anak mengalami cedera mata akibat lato-lato. Kemudian ada juga seorang anak di Sukabumi yang mengalami bibir sobek akibat lato-lato.
Tetapi hal tersebut tidak menghentikan ingar bingar gema suara lato-lato yang tetap terdengar suaranya di berbagai penjuru, baik saat pagi, siang, malam. Adanya beberapa insiden akibat lato-lato itu tidak menghentikan permainan tersebut untuk tetap dimainkan karena tingginya antusias masyarakat.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan fenomena lato-lato yang saat ini booming di Indonesia bakal meredup dan hilang bagai ditelan bumi. Seperti halnya kepopuleran lato-lato di era 1990-an dan awal tahun 2000-an yang ternyata hanya mati suri. Juga seperti halnya berbagai tren yang muncul-tenggelam di masyarakat. Mungkin kita hanya perlu menunggu waktu.
Ada saatnya nanti, kita tidak lagi terhenyak dari tidur karena bising suara lato-lato. Ada saatnya nanti, kamu yang selama ini terganggu dengan bising lato-lato, akan kembali merasakan kehidupan yang lebih tenang. Ya, mungkin hanya menunggu waktu. Tapi soal pastinya kapan, kita enggak bisa memastikan.
Dan, terlepas dari itu, semestinya kita juga patut berterima kasih. Sebab, kehadiran lato-lato ini telah memberikan warna kehidupan anak-anak di negeri ini. Juga, kehadiran lato-lato ini ternyata cukup menyita perhatian anak-anak sehingga mereka sedikit bisa terlepas dari kecanduan gadget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar