Ilustrasi paus bungkuk. Foto: Nico Faramaz/Shutterstock
Kisah mengerikan datang dari seorang ilmuwan paus bernama, Nan Hauser. Dia nyaris dimakan oleh hiu raksasa ketika sedang berenang di lepas pantai Rarotonga, Kepulauan Cook, di Samudra Pasifik.
Cerita bermula ketika Hauser tengah melakukan pengambilan gambar di lokasi kejadian, dan ia memutuskan untuk berenang mendekati dua paus bungkuk. Namun tiba-tiba, salah satu paus itu justru berenang ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
Begitu mendekat, paus raksasa itu tampak berusaha menyingkirkan Hauser dengan siripnya, gerakan yang tentu saja sangat berbahaya bagi manusia, apalagi mengingat sirip paus bungkuk dipenuhi teritip tajam dan tubuhnya berbobot puluhan ton.
Hauser panik. Ia mengira hidupnya akan segera berakhir. Situasi semakin menegangkan ketika paus itu mendorong tubuhnya keluar dari air dan menaikkannya ke punggungnya. Ia berusaha berenang menjauh berkali-kali, tapi paus itu tidak membiarkannya pergi.
Setelah beberapa saat, Hauser akhirnya berhasil menjaga jarak. Barulah ia memahami mengapa paus itu bersikap begitu aneh.
Dari kejauhan, ia melihat dua makhluk lain yang dikira paus. Salah satunya tampak menghantam permukaan air dengan ekornya. Namun ketika diperhatikan lebih seksama, Hauser sadar bahwa salah satu dari dua itu tidak berenang seperti paus, gerakannya aneh, siripnya menempel di sisi tubuh, dan ekornya berayun ke kanan dan kiri, bukan naik turun seperti paus pada umumnya.
Saat itulah Hauser tersadar bahwa yang ia lihat bukan paus, melainkan seekor hiu macan (tiger shark) buas yang sangat berbahaya.
"Aku sudah seumur hidup di bawah laut dan sudah sering melihat hiu macan," katanya dalam wawancara dengan BBC Earth tahun 2021. "Tapi yang satu ini seperti truk besar sekali, dan sedang menuju ke arahku."
Hauser yakin paus itu sebenarnya sedang berusaha melindunginya. Saat paus berusaha menempatkannya di bawah siripnya, rupanya itu dilakukan agar tubuh Hauser terlindung dari hiu besar yang sedang menuju ke arahnya.
Puncaknya, si paus bahkan mengangkat Hauser ke punggungnya dan membawa dia kembali ke perahu, menjauhkannya dari hiu yang sedang mengintai. Entah disengaja atau tidak, tindakan paus itu kemungkinan besar menyelamatkan nyawa hauser.
"Sampai hari ini aku masih tidak percaya hal itu benar-benar terjadi. Sebagai ilmuwan, rasanya bahkan lebih sulit dipercaya," ujar Hauser. "Kalau orang lain yang bercerita, mungkin aku pun tak akan percaya."
Paus bungkuk dikenal memiliki perilaku altruistik, yaitu kecenderungan untuk menolong makhluk lain tanpa memperoleh manfaat apa pun bagi dirinya sendiri. Jika benar paus itu berusaha menyelamatkan Hauser, maka tindakannya adalah bentuk luar biasa dari altruism karena berarti paus tersebut rela mempertaruhkan dirinya demi menyelamatkan spesies lain.
Kisah ini tak berhenti di sana. Secara menakjubkan, Hauser bertemu kembali dengan "penyelamatnya" satu tahun kemudian. Saat itu, ia menerima laporan lewat radio bahwa seekor paus telah muncul di area yang sama. Ia segera naik perahu dan menuju lokasi. Begitu sampai, ia melihat paus itu memiliki dua lekukan khas di ekor, persis seperti paus yang pernah menyelamatkannya.
"Dan tiba-tiba paus itu muncul di sisi perahu," kata Hauser. "Ia mengabaikan semua orang di atas kapal, menatap langsung ke arahku. Aku melihat ada bekas luka di kepalanya, dan aku berteriak, 'Dia kembali! Aku tidak percaya, dia benar-benar kembali!'"
Hauser segera mengenakan pakaian selamnya dan meluncur ke air. Ia berenang ke arah paus itu, dan paus tersebut membuka matanya, menatapnya, lalu terus mendorong lembut tubuhnya seperti seekor anjing yang merindukan majikan.
"Rasanya seperti bertemu anjing peliharaan yang sudah lama tak kamu temui," ujarnya.
Dengan berat mencapai 27 hingga 33 ton, pelukan itu mungkin adalah yang paling besar di dunia. Hauser berharap suatu hari nanti ia bisa bertemu lagi dengan sahabat lautnya itu. "Aku merindukannya," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar