Harga emas bertahan di kisaran USD 4.000 per ounce setelah China menghapus insentif pajak yang sudah lama berlaku bagi sebagian pengecer emas. Kebijakan baru ini diperkirakan dapat menekan permintaan emas di salah satu pasar logam mulia terbesar di dunia.
Harga emas untuk pengiriman langsung (spot) tidak banyak berubah selama perdagangan di AS, setelah sebelumnya sempat turun hingga 1 persen. Pemerintah China pada Sabtu (1/11) mengumumkan bahwa sejumlah pengecer tidak lagi diizinkan memotong penuh pajak pertambahan nilai (PPN) saat menjual emas yang dibeli dari Bursa Emas Shanghai (SGE) dan Bursa Berjangka Shanghai (SFE). Kabar tersebut membuat saham-saham perusahaan perhiasan emas di China anjlok.
Dalam kebijakan baru ini, perusahaan yang memproduksi emas non-investasi, seperti perhiasan atau kebutuhan industri misalnya elektronik, hanya bisa memotong 6 persen dari PPN, turun dari sebelumnya 13 persen. Perusahaan yang bukan anggota bursa juga akan terkena aturan serupa ketika menjual produk investasi seperti emas batangan.
Direktur Riset di BullionVault, Adrian Ash, mengungkapkan bahwa perubahan pajak di negara konsumen emas terbesar dunia ini akan menekan sentimen global.
"Namun, rebound di pasar London pada hari Senin, setelah melemah selama jam perdagangan Asia, menunjukkan bahwa sentimen bullish tetap kuat," kata Adrian dikutip dari Bloomberg, Selasa (4/11).
Analis Citigroup Inc. menilai kebijakan baru ini kemungkinan akan membuat seluruh industri menaikkan harga jual emas untuk menutupi biaya tambahan akibat pajak.
Sementara itu, analis TD Securities, Dan Ghali, menyebut dampak kebijakan tersebut terhadap harga global kemungkinan belum terasa dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan permintaan grosir emas di China dalam tiga bulan terakhir turun 28 persen dibanding rata-rata lima tahun terakhir. Sehingga permintaan konsumen memang sudah lemah, bahkan sebelum kebijakan PPN diberlakukan.
"Kebijakan baru China membuat harga emas sulit bertahan di atas USD 4.000. Masih harus dilihat apakah permintaan dari sektor resmi (seperti bank sentral) cukup kuat untuk menahan dampak dari turunnya permintaan konsumen China," tulis Nour Al Ali, analis pasar makro Bloomberg.
Harga emas sempat menembus rekor pada Oktober karena lonjakan pembelian ritel, namun kemudian turun tajam. Total kepemilikan emas di produk investasi seperti ETF juga tercatat turun dua minggu berturut-turut.
Meski begitu, harga emas masih naik lebih dari 50 persen sepanjang tahun ini, didorong oleh permintaan dari bank sentral dan aset safe haven.
Kenaikan harga emas juga mendorong gelombang merger dan akuisisi di antara perusahaan tambang, termasuk akuisisi senilai USD 7 miliar oleh Coeur Mining Inc. terhadap New Gold Inc., yang akan menggabungkan dua perusahaan tambang menengah asal Amerika Utara.
Pada pukul 4.42 sore waktu New York, harga emas spot tercatat USD 4.001,61 per ounce. Sementara itu, harga perak dan platinum turun, sedangkan palladium naik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar