Inpektur Jenderal Kemenag, Khairunas di kantor Inspektorat Jenderal Kemenag, Jakarta Selatan pada Rabu (28/5/2025). Foto: Abid Raihan/kumparan
Inspektorat Jenderal Kementerian Agama (Itjen Kemenag) menerjunkan 14 auditor ke Arab Saudi dalam rangka pengawasan langsung pelaksanaan ibadah haji 1445 H/2025. Pengawasan dilakukan sejak jemaah mulai berangkat dari tanah air hingga tiba dan beribadah di Tanah Suci.
"Kami bentuk tim pemantau total 17 orang. Terdiri dari 14 auditor, dua wakil penanggung jawab, dan satu penanggung jawab," kata Irjen Kemenag, Khairunas, di kantor Itjen Kemenag, Rabu (28/5).
Menurut Khairunas, tim dibagi untuk memantau di tiga titik penting penyelenggaraan haji di Arab Saudi, yakni di Makkah, Madinah, dan Jeddah. Mereka bekerja setiap hari, bahkan laporan pengawasan dikirim langsung ke Menteri Agama secara harian.
"Setiap ada temuan di lapangan, langsung kami lakukan tindakan korektif," tegasnya.
Temuan di Lapangan
Khairunas menjelaskan, sejumlah temuan penting berhasil diidentifikasi oleh timnya di Arab Saudi. Salah satunya adalah jemaah yang tersasar karena masalah transportasi.
"Pernah ada jemaah yang tidak bisa dibawa dari bandara ke hotel karena beda syarikah. Tim kami langsung berkomunikasi dengan pihak transportasi agar dicari solusinya saat itu juga," ungkap Khairunas.
Jemaah haji gelombang 2 mulai tiba di Makkah. Foto: Moh Fajri/kumparan
Masalah lainnya muncul pada konsumsi yang dibuat oleh pihak katering. "Ada temuan nasi berbau goni, karena dicampur di karung goni dan plastik. Kami langsung tegur pihak katering dan juru masaknya. Besoknya langsung diperbaiki," lanjutnya.
Selain itu, tim juga mencatat persoalan seputar dokumen haji seperti kartu Nusuk yang belum seluruhnya terbit.
"Kami arahkan agar jemaah memfotokopi paspor dan visa. Dengan itu mereka tetap bisa masuk ke Makkah dari Madinah."
Ada pula kejadian jemaah lansia terpisah dari pendamping, atau suami-istri yang tidak satu rombongan.
"Kami sampaikan ke PPIH Arab Saudi agar ada penggabungan, dan Alhamdulillah keluar surat edaran untuk itu," ujar Khairunas.
Petugas membantu mendorong kursi roda yang dinaiki seorang calon haji Indonesia kloter JKG 01 dari Madinah sesampainya di Hotel Al Ghader, Syisyah, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (10/5/2025). Foto: Andika Wahyu/ANTARA FOTO
Sebelum pemberangkatan ke Saudi, Itjen Kemenag juga melakukan audit operasional sejak Januari 2025 di 8 embarkasi. Saat pelaksanaan haji, pengawasan diperluas ke 14 embarkasi dengan sistem pemantauan harian.
"Laporan jumlah jemaah berangkat, keterlambatan, open seat, sampai yang batal berangkat semuanya kami laporkan ke Menteri Agama setiap hari," ujar Khairunas.
Ia menyebut ada temuan soal visa jemaah yang belum keluar di kloter awal, hingga jemaah yang sakit menjelang keberangkatan. Menurutnya, semua langsung dimitigasi.
"Jemaah yang batal, kami naikkan dari kloter berikutnya. Ini untuk menghindari banyak open seat," ucapnya.
Pelayanan terhadap lansia juga menjadi sorotan Khairunas. "Pelayanan lansia yang kurang baik langsung kami evaluasi. Kami tegaskan mereka harus diprioritaskan," kata Khairunas.
Saat ditanya apakah ada kejadian luar biasa selama penyelenggaraan haji tahun ini, Khairunas memastikan belum ditemukan hal yang mengkhawatirkan secara signifikan.
"Kejadian luar biasa yang sifatnya sangat meresahkan jemaah sejauh ini belum terlihat. Kalaupun ada, lebih kepada hal-hal teknis yang bisa langsung ditangani," jelasnya.
Salah satu contohnya adalah jemaah yang sempat tertahan di Madinah karena belum ada transportasi ke Makkah.
"Paspornya sudah di Makkah, kopernya juga. Mereka hanya berpakaian ihram. Kami usulkan agar dibelikan baju baru dan disiapkan bus khusus untuk mereka menyusul ke Makkah," terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar