Search This Blog

3 Dongeng Si Kancil Singkat yang Penuh Pesan Moral

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
3 Dongeng Si Kancil Singkat yang Penuh Pesan Moral
Aug 27th 2024, 19:00, by Adelia Sufri, kumparanMOM

Ilustrasi Membacakan Dongeng Si Kancil Singkat pada Anak. Foto: delcarmat/shutterstock
Ilustrasi Membacakan Dongeng Si Kancil Singkat pada Anak. Foto: delcarmat/shutterstock

Moms, membangun kedekatan dengan anak bisa dilakukan dengan membacakan dongeng Si Kancil singkat untuknya sebelum tidur. Ada banyak variasi fabel Si Kancil yang memiliki pesan moral mendalam untuk membentuk karakter anak.

Membacakan dongeng pada anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin, meskipun si kecil belum bisa baca dan tulis. Pasalnya, ada segudang manfaat di balik kegiatan sederhana ini, Moms.

Menurut Intermountain Health, dongeng bisa membuat daya imajinasi si kecil semakin terasah. Selain itu, kemampuan empati anak juga bisa meningkat karena mendengarkan masalah yang beragam dari karakter dongeng.

Sering dibacakan dongeng juga akan membuat kemampuan literasi anak menjadi semakin baik. Tentunya ini bekal yang bagus untuk si kecil sebelum memasuki usia sekolah.

Referensi Dongeng Si Kancil Singkat

Ilustrasi Membacakan Dongeng Si Kancil Singkat pada Anak. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi Membacakan Dongeng Si Kancil Singkat pada Anak. Foto: Shutter Stock

Mengutip buku Kisah Petualangan Seru Kancil dan Teman-temannya yang diterbitkan KKLP Pengembangan Sastra Kemdikbud, berikut ini beberapa kisah singkat soal Si Kancil yang penuh pesan moral.

1. Kancil dan Kerbau Bermain Petak Umpet

Pada suatu hari seekor Kancil bertemu dengan kerbau. Pada kesempatan itu pula si Kancil mengajak Kerbau untuk bermain petak umpet di dekat pematang sawah. Lalu Si Kancil berkata, "Hai Kerbau apa kabarmu?"
"Saya baik-baik saja, bagaimana denganmu?" jawab si Kerbau.
"Saya juga baik-baik saja, bagaimana kalau pertemuan ini kita rayakan dengan sebuah permainan petak umpet? jawab si kancil.
"Ya... kalau saya setuju saja," ucap Si Kerbau.
"Kau akan pasti kalah karena badanmu lebih besar dari badanku," hardik si Kancil.
"Ayo kita lihat saja nanti. Sekarang kamu yang lebih dulu untuk bersembunyi," jawab si Kerbau.
Kancil mulai mencari tempat persembunyian. Kancil berlari-lari sampailah ia di bawah sebatang pohon. Kancil mulai mengendap-endapkan dirinya. Ketika itu dedaunan berguguran sehingga menutupi badan si Kancil.
Si Kerbau pun mulai mencari si Kancil. Namun, ia tidak dapat menemukannya. Si Kerbau menginjak-injak rerumputan dan melompat-lompat, hampir saja si Kancil terinjak oleh si Kerbau tapi ia tidak menemukannya.
Si Kancil sudah tak sanggup lagi bersembunyi lebih lama. Akhirnya si Kancil keluar dari persembunyiannya dan melompat ke arah teriakan Kerbau. Lalu ia berkata, "Kerbau aku mengaku kalah aku tak sanggup lagi bertahan lebih lama. Kali ini aku mengaku kalah. Sekarang giliranmu untuk bersembunyi. Ayolah Kerbau bersembunyilah," kata Si Kancil.
Kerbau pun mulai bergegas meninggalkan Kancil untuk mencari tempat persembunyian. Kerbau mencari tempat yang aman, tiba-tiba Kerbau menemukan gubuk yang terbakar.
Kerbau segera menelentangkan dirinya dengan meluruskan keempat kakinya ke arah atas. Ketika itu pula Kancil mulai mencari Kerbau sambil berlari-lari, namun tak dapat menemukannya.
Tiba-tiba Kancil melihat gubuk yang terbakar itu. Kancil menghampirinya dan mendekatinya. Lalu meraba-raba tiang itu. Dalam hati Kancil berkata, "Tiang ini kok ada bulunya. Persis seperti kaki Kerbau. Ah, barangkali tidak."
Kancil meninggalkan gubuk itu dan terus-menerus mencari Kerbau tapi tak ditemukan juga. Kancil kembali ke gubuk itu lagi dan memperhatikan dengan secara seksama, tetap sama saja.
Akhirnya Kancil merasa jenuh dan berteriak memanggil, "Kerbau... Kerbau... Kerbau. Keluarlah kau. Aku mengaku kalah. Keluarlah. Aku tak mampu untuk mencarimu lagi."
Mendengar teriakan Kancil, Kerbau pun keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Kancil, "Ha… Ha… Ha… bagaimana Kancil siapa di antara kita yang menang?"
"Ya... Kerbau, aku merasa malu karena aku kalah darimu," jawab si Kancil. Mulai saat itu, si Kancil berjanji tidak akan sombong lagi kepada si Kerbau.

Kisah di atas mengajarkan seseorang untuk selalu bersikap rendah hati kepada sesama. Selain itu, sebagai sesama manusia tidak boleh saling menghina dan mengejek.

2. Kancil dan Siput Lomba Lari

Suatu hari Kancil bertemu dengan Siput di pinggir kali. Melihat Siput merangkak dengan lambatnya, sang Kancil dengan sombong dan angkuhnya berkata, "Hai Siput, beranikah kamu beradu lomba denganku?"
Ajakan itu terasa mengejek Siput. Siput berpikir sebentar, lalu menjawab, "Baiklah, aku terima ajakanmu dan jangan malu kalau nanti kamu sendiri yang kalah."
"Tidak bisa. Masa jago lari sedunia mau dikalahkan olehmu Siput, binatang perangkak kelas wahid di dunia," ejek Kancil.
"Baiklah, ayo cepat kita tentukan harinya!" kata Kancil.
"Bagaimana kalau hari Minggu besok, agar banyak yang menonton," kata Siput.
"Oke aku setuju," jawab Kancil.
Sambil menunggu hari yang telah ditentukan itu, Siput mengatur taktik. Segera dia kumpulkan bangsa Siput sebanyak-banyaknya. Dalam pertemuan itu, Siput membakar semangat kawankawannya, mereka sangat girang dan ingin mempermalukan Kancil di hadapan umum.
Dalam musyawarah itu, disepakatilah dengan suara bulat bahwa dalam lomba nanti di setiap Siput ditugasi berdiri di antara rerumputan di pinggir kali. Diaturlah tempat mereka masing masing. Bila Kancil memanggil, maka Siput yang di depannya itu yang menjawab. Begitu seterusnya.
Sampailah saat yang ditunggu-tunggu itu. Penonton pun sangat penuh menyaksikan perlombaan itu. Para penonton berdatangan dari semua penjuru hutan.
Kancil mulai bersiap digaris start. Pemimpin lomba mengangkat bendera, tanda lomba akan segera dimulai. Kancil berlari sangat cepatnya. Semua tenaga dikeluarkannya.
Tepuk tangan penonton pun menggema memberi semangat pada Kancil. Setelah lari sekian kilometer, berhentilah Kancil. Dengan napas terengah-engah dia memanggil.
"Siput!" seru Kancil.
Siput yang berada di depannya menjawab, "Ya, aku di sini."
Karena tahu Siput telah ada di depannya, Kancil pun kembali lari sangat cepat sampai tidak ada lagi tenaga yang tersisa. Kemudian dia pun kembali memanggil.
"Siput!" teriak Kancil lagi.
Siput yang di depannya menjawab, "Ya, aku di sini."
Berkali-kali selalu begitu. Sampai akhirnya Kancil lunglai dan tak dapat berlari lagi. Menyerahlah sang Kancil dan mengakui kekalahannya.
Penonton terbengong-bengong. Siput menyambut kemenangan itu dengan senyuman saja. Tidak ada loncatan kegirangan seperti pada umumnya pemenang lomba.

Pesan yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah hendaknya manusia tidak merendahkan kemampuan orang lain. Selain itu, sikap sombong hanya akan mendatangkan malapetaka di kemudian hari. Jadi, sebaiknya tetaplah rendah hati kepada siapa pun.

3. Si Kancil dan Buaya

Ilustrasi Membacakan Dongeng Si Kancil Singkat pada Anak. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi Membacakan Dongeng Si Kancil Singkat pada Anak. Foto: Shutter Stock
Pada suatu hari, terdapat seekor Kancil yang tinggal di hutan. Seperti biasanya, Kancil pergi mencari makan dengan cara menyeberangi sungai pada saat berangkat.
Setelah Kancil merasa kenyang, dia pulang ke rumah. Namun, tiba-tiba turun hujan lebat ketika kancil sudah dekat sungai. Risaulah hati Kancil karena tidak bisa melewati sungai yang banjir dan derasnya air sungai itu. Tidak jauh dari tepi sungai ada seekor buaya. Kancil mencari ide.
"Buaya, apakah kamu bisa membantuku menyeberangi sungai ini?" kata kancil kepada buaya.
Buaya menjawab, "Jikalau nanti aku membantumu menyeberangi sungai ini maka kamu menganggap aku apa?"
"Kita akan menjadi sahabat sehati sejiwa. Aku akan membantumu kalau susah nanti di masa depan," kata Kancil.
Buaya kemudian mempertimbangkan perkataan kancil. Buaya kembali bertanya, "Jikalau nanti aku membantumu menyeberangi sungai ini maka kamu menganggap aku apa?"
"Sahabat sehati sejiwa, Buaya," Kancil memberikan jawaban yang sama seperti sebelumnya.
Yakinlah Buaya dengan perkataan Kancil dan dia menyuruh Kancil untuk naik ke atas punggungnya. Buaya mulai berenang meninggalkan tepi sungai. Buaya kembali bertanya.
"Apa hubungan kita?"
"Sahabat sehati sejiwa," kata Kancil.
Buaya terus berenang hingga mereka sampai di tengah-tengah sungai, Buaya bertanya lagi. "Apa hubungan kita?"
"Sahabat sehati sejiwa," jawaban Kancil tidak berubah.
Buaya sangat senang mendengar jawaban Kancil, karena Kancil konsisten dengan jawabannya bahwa mereka tetap sahabat sehati sejiwa.
Mereka sudah mau sampai tepi sungai, hanya dengan sekali loncatan lagi mereka sudah sampai di tepi sungai. Buaya kembali bertanya "Apa hubungan kita?"
"Sahabat pantat," kata Kancil sambil bergegas meloncat ke tepi sungai dan berlari pergi.
Buaya sangat marah karena sudah ditipu oleh Kancil dan Buaya dendam kepada Kancil, "Baiklah kancil, aku akan mengingat bahwa kamu pernah membohongiku. Namun ingat ada berbagai macam kesulitan dan kesukaran di depanmu. Jika kita berumur panjang maka kita akan berjumpa lagi."

Dari cerita di atas dapat diambil pelajaran agar tidak bersikap seperti kancil yang melupakan perbuatan baik orang lain padanya. Jangan pula mengakui seseorang sebagai sahabat hanya pada saat susah, kemudian melupakannya saat sudah bahagia.

Baca Juga: 2 Dongeng Anak Cerita Rakyat yang Penuh Pesan Moral

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar