Nov 2nd 2024, 10:40, by Habib Allbi Ferdian, kumparanSAINS
Suhu panas yang melanda Jepang membuat Gunung Fuji belum tertutupi salju sejak Oktober hingga jelang masuk musim dingin yang akan dimulai pada November 2024. Ini menjadi pertanda bahwa krisis iklim yang melanda dunia semakin nyata.
Biasanya, puncak Gunung Fuji akan diselimuti salju setiap memasuki awal bulan Oktober. Tahun lalu, lapisan salju turun di Gunung Fuji pada 5 Oktober 2023. Namun, hingga November tahun ini, puncak gunung masih terlihat botak.
"Karena suhu tinggi di Jepang terus berlanjut sejak musim panas dan karena hujan, tidak ada hujan salju," kata Shinichi Yanagi, petugas meteorologi di kantor Meteorologi Lokal Kofu, Jepang, sebagaimana dikutip CNN.
Kantor Meteorologi Lokal Kofu sendiri didirikan pada 1894. Sejak saat itu, mereka bertugas untuk memantau keberadaan salju di puncak Gunung Fuji. Namun menurut mereka, 2024 menjadi tahun terlama puncak Gunung Fuji tidak diselimuti salju sejak pencatatan dimulai 130 tahun lalu.
Di 2024 ini, Jepang telah memecahkan rekor terpanas. Suhu rata-rata di Juni dan Agustus meningkat 1,76 derajat Celsius dari suhu normal, melampaui rekor sebelumnya sebesar 1,08 derajat Celsius yang terjadi pada 2010.
Menurut analisis Climate Central, kelompok penelitian nirlaba, meski telah memasuki musim gugur suhu di Jepang tetap hangat, di mana 74 kota mencatat suhu 30 derajat Celsius atau lebih tinggi pada minggu pertama di bulan Oktober. Musim panas ekstrem di Jepang memecahkan rekor suhu panas global dalam dua tahun terakhir, dan 2024 diperkirakan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah.
Peran El Nino dan aktivitas manusia
Fenomena El Nino disebut telah membantu mendorong lonjakan suhu di Jepang. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil juga memperparah keadaan.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa dunia perlu membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri untuk mencegah dampak perubahan iklim semakin parah.
Sebuah studi yang dilakukan pada Januari 2024 mengungkap bahwa krisis iklim telah mengurangi tumpukan salju di sebagian besar belahan bumi utara dalam 40 tahun terakhir. Turunnya salju di Gunung Fuji bisa menjadi pertanda ke mana arah dunia akan bergerak–pada kehancuran yang lebih parah, atau justru membaik.
Bagaimanapun, musim dingin yang lebih hangat akan berdampak pada salju, pariwisata, ekonomi lokal, dan pasokan makanan serta air di Jepang, bahkan di seluruh dunia. Bumi yang menghangat juga meningkatkan risiko penyakit menular mematikan.
Membentang di antara prefektur Yamanashi dan Shizouka di Jepang, Gunung Fuji sendiri memiliki ketinggian 3.776 mdpl dan merupakan situs Warisan Dunia UNESCO serta telah menjadi ikon Jepang yang sangat terkenal.
Gunung ini biasanya diselimuti salju hampir sepanjang tahun hingga musim pendakian tahunan dibuka setiap bulan Juli, menyambut jutaan pengunjung yang ingin mendaki ke puncak atau menyaksikan Matahari terbit dari lerengnya yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar