Presiden AS Donald Trump dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos dalam pertemuan untuk menyepakati tarif impor di Gedung Putih, Washington, DC, AS, Selasa (22/7/2025). Foto: https://truthsocial.com/@realDonaldTrump
Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor terbaru untuk Filipina menjadi 19 persen dari semula 20 persen. Kesepakatan itu diambil usai bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr di Gedung Putih Washington, DC, Selasa (22/7) waktu AS.
Penurunan tarif yang hanya sedikit ini menunjukkan betapa sulitnya para pemimpin asing meyakinkan Trump untuk memberikan keringanan dari tarif berdasarkan negara asal yang diterapkannya.
"Filipina akan menjadi PASAR TERBUKA bagi Amerika Serikat, dan NOL Tarif. Filipina akan membayar Tarif sebesar 19 persen. Selain itu, kita akan bekerja sama secara militer," tulis Trump di media sosial dikutip Rabu dari Bloomberg, Rabu (23/7).
Presiden Marcos menyebut kesepakatan tarif terbaru ini sebagai "pencapaian signifikan" bagi Manila. Ia juga mengatakan bahwa Filipina akan meningkatkan impor produk kedelai dan gandum serta obat-obatan dari Amerika Serikat.
Trump menerapkan tarif lebih tinggi terhadap puluhan mitra dagang pada bulan April, namun dengan cepat menundanya selama 90 hari menyusul reaksi negatif dari pasar, agar ada waktu untuk merundingkan kesepakatan. Selama periode tersebut, AS hanya berhasil menyelesaikan segelintir kesepakatan, dan Trump justru bergerak untuk secara sepihak menetapkan tarif terhadap negara dan blok-blok ekonomi menjelang batas waktu baru pada 1 Agustus.
Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr Foto: Tobias Schwarz/AFP
Dalam beberapa pekan terakhir, ia telah mengirim serangkaian surat yang menetapkan tingkat tarif dan juga tengah melanjutkan rencana untuk memberlakukan tarif khusus industri yang akan menarget sektor seperti tembaga, semikonduktor, dan obat-obatan farmasi. Meskipun pembicaraan masih berlangsung dengan ekonomi besar seperti Uni Eropa dan India, Trump mengatakan bahwa sekitar 150 negara kecil akan dikenakan tarif menyeluruh antara 10 hingga 15 persen.
Marcos menjadi presiden di Asia terbaru yang mengunjungi Trump dalam upaya untuk mendapatkan keringanan tarif dan berusaha menekankan hubungan aliansi jangka panjang negaranya dengan AS untuk mendapatkan persyaratan dagang yang lebih baik dari pasar ekspor utama Filipina.
Sebelum pertemuan Trump-Marcos, pejabat perdagangan Filipina telah terbang ke Washington untuk mengadakan pembicaraan dengan mitra mereka terkait kesepakatan ini.
AS mencatat defisit perdagangan dengan Filipina sebesar USD 4,9 miliar tahun lalu dengan total perdagangan senilai USD 23,5 miliar, menurut data pemerintah AS. Filipina sebelumnya menyatakan tidak dapat memberikan tarif nol kepada AS, seperti yang dilakukan oleh Vietnam dan Indonesia karena akan merugikan bisnis domestik. Namun, Marcos berencana meningkatkan impor produk pertanian AS termasuk kedelai dan daging beku, serta meningkatkan ekspor semikonduktor, kelapa, dan produk mangga ke sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar