Sep 30th 2023, 23:09, by Moh Fajri, kumparanBISNIS
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, meminta pemerintah mewaspadai ancaman krisis pangan. Apalagi, kata Khudori, lahan di Indonesia tak lagi subur.
"Siapa bilang Indonesia kaya lahan subur? Enggak. Kita masih terbuai bunyi syair lagu Koes Plus 'tongkat kayu dilempar jadi tanaman'," kata Khudori kepada kumparan, Sabtu (30/9).
Khudori menilai kualitas lahan tanam di Indonesia tidak begitu bagus, termasuk lahan tanam di proyek food estate yang direncanakan pemerintah jadi lumbung pangan nasional.
"Lahan-lahan sisa yang ada untuk ekstensifikasi, termasuk buat food estate, itu lahan kelas 2, 3 bahkan 4. Jauh dari kesuburan lahan di Jawa," ujar Khudori.
Dari catatan Khudori, Indonesia kini telah memasuki periode darurat lahan pertanian. Luas daratan Indonesia mencapai 1,9 juta km persegi, termasuk sungai, rawa, dan hutan. Dia menganalisa, jika dibagi jumlah penduduk sebanyak 275 juta jiwa, luasan lahan per kapitanya hanya 0,70 hektare.
Bila yang dihitung hanya lahan yang bisa ditanami (arable land) yang luasnya cuma 26,3 juta hektare, maka ketersediaan lahan yang bisa ditanami per kapita jauh lebih kecil lagi, hanya 0,096 hektare.
Angka itu paling kecil dibandingkan dengan negara lain seperti Australia 2,63 hektare, China 0,11 hektare, Amerika Serikat 0,61 hektare, Brasil 0,34 hektare, Ethiopia 0,12 hektare, India 0,16 hektare, dan Thailand 0,52 hektare, serta Vietnam 0,10 hektare.
Indonesia juga tertinggal dalam hal penyediaan lahan pertanian. Lahan sawah Indonesia, merujuk hasil audit Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) tahun 2019, hanya seluas 7,46 juta hektare.
Sementara di Amerika Serikat memiliki lahan pertanian sekitar 175 juta hektare, India 161 juta hektare, China 143 juta hektare, Brasil 58 juta hektare, Australia 50 juta hektare, dan Thailand 31 juta hektare.
Khudori mengkritik sistem pangan Indonesia tidak inklusif, serta tidak tangguh dan juga tidak berkelanjutan. Kalau tidak dibenahi dan ditransformasikan, menurutnya, krisis pangan akan selalu mengancam.
"Saat ini sih masih baik-baik saja. Ketersediaan pangan hampir enggak ada masalah. Tapi ketersediaan yang enggak ada masalah itu salah satunya ditopang dari pangan impor," tutur Khudori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar