Jan 12th 2025, 13:40, by Ahmad Romadoni, kumparanNEWS
Tingkah pengawal pejabat yang arogan di jalan bukan pertama kali terjadi. Terakhir, pengawal mobil dinas RI 36 yang belakangan diketahui milik Utusan Khusus Presiden, Raffi Ahmad, yang jadi sorotan.
Reaksi masyarakat begitu cepat muncul begitu melihat aksi semacam itu. Ada yang kesal, marah, hingga mengumpat juga bermunculan.
Pengajar Departemen Sosiologi, FISIP Universitas Indonesia (UI), Fajri Siregar, menilai sentimen negatif yang muncul dari warga terhadap tingkat pengawal pejabat bukan tanpa sebab. Ini dinilai dampak dari tidak ada perbaikan terhadap tindakan serupa.
"Perlakuan khusus terhadap pejabat negara memang dalam beberapa tahun terakhir semakin terasa (bukan hanya kasus RI 36) dan rasa kesal warga bersifat akumulatif karena pihak berwenang tidak memperbaiki attitude mereka," kata Fajri saat dihubungi, Minggu (12/1).
Sentimen negatif oleh masyarakat itu, menurut Fajri, adalah bentuk resisten masyarakat terhadap kesewenang-wenangan kekuasaan dalam hal ini penggunaan jalan raya.
Menurutnya, masyarakat akan selalu resisten terhadap pengawalan-pengawalan selama pihak berwenang tidak melakukan evaluasi.
"Selama pejabat publik dan aparat yang mendukungnya, tidak bisa mempertunjukkan sikap humility (kerendahan hatian atau kesederhanaan), resistensi publik seperti dengan memviralkan kejadian mobil RI 36 akan terus ada," ungkapnya.
Raffi mengakui mobil dinas RI 36 itu ia gunakan untuk kegiatan dinas kenegaraan sehari-hari. Tapi, saat peristiwa itu terjadi, ia mengaku sedang tak berada di dalam mobil. Mobil itu tengah menjemput Raffi.
"Bahwa benar adanya mobil tersebut kendaraan yang saya gunakan, namun pada saat kejadian, saya sedang tidak berada di dalam mobil karena pada saat itu mobil berpelat RI 36 sedang dalam posisi menjemput saya untuk menuju agenda rapat selanjutnya," kata Raffi dalam keterangannya, Sabtu (11/1).
Sementara Polda Metro Jaya juga telah memeriksa anggotanya Bripka DK yang menjadi sorotan karena dianggap arogan kepada taksi Alphard saat mengawal mobil RI 36.
Wadirlantas Polda Metro Jaya, AKBP Argo Wiyono, mengatakan peristiwa itu bermula ketika Bripka DK melintasi Jalan Sudirman-Thamrin pada Rabu (8/1).
Ketika itu, situasi arus lalu lintas sedang padat karena ada truk yang berhenti di tengah ruas jalan. Kemudian, ada taksi Alphard yang berupaya menghindari truk itu dengan berbelok ke kanan dan nyaris bertabrakan dengan mobil lain.
"Di saat bersamaan (berbelok) ada kendaraan dari sebelah kanan (Suzuki Ertiga putih) yang juga sama-sama hendak maju, sehingga hampir menyebabkan terjadi senggolan," kata dia dalam keterangannya, Jumat (10/1).
Pengemudi taksi Alphard lalu berhenti dan cekcok dengan pengemudi mobil yang hampir ditabraknya. Hal itu membuat potensi kemacetan semakin parah.
Menurut Argo, saat itu Bripka DK berinisiatif untuk maju dengan maksud melerai. Namun, gestur tubuhnya ketika hendak melerai itu dinilai seolah-olah arogan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar