Jan 9th 2025, 10:39, by Aditia Noviansyah, kumparanNEWS
Ofelia Lara, pemimpin spiritual komunitas Afro di Ekuador, melakukan upacara di luar Kantor Kejaksaan Agung untuk empat anak di bawah umur yang ditemukan tewas, di Quito, Ekuador 7 Januari 2025. Foto: REUTERS/David Diaz Maria Fernanda Restrepo, saudara perempuan dari dua anak di bawah umur yang hilang saat berbicara dalam upacara untuk empat anak di bawah umur yang ditemukan tewas. Foto: REUTERS/David Diaz Seorang wanita yang memegang gambar empat remaja Ekuador ditangkap oleh tentara dan ditemukan tewas di dekat pangkalan militer, menghadiri pawai satu bulan setelah penangkapan mereka di Guayaquil, Ekuador pada 8 Januari 2025. Foto: MARCOS PIN / AFPFoto dari drone menunjukkan grafiti bertuliskan "Negara Pembunuh" di jalan di luar Kantor Kejaksaan Agung, untuk empat anak di bawah umur yang ditemukan tewas, menandai satu bulan sejak mereka pertama kali dilaporkan hilang, di Quito, Ekuador 8 Januari 2025. Foto: REUTERS/Karen Toro
Foto dari drone menunjukkan grafiti bertuliskan "Negara Pembunuh" di jalan di luar Kantor Kejaksaan Agung, untuk empat anak di bawah umur yang ditemukan tewas di Quito, Ekuador.
Banyak warga menggelar unjuk rasa untuk menuntut keadilan atas tewasnya empat anak di bawah umur yang dibunuh diduga ada keterlibatan militer.
Empat anak yang tewas terbunuh tersebut telah dimakamkan pada Rabu (1/1). Peristiwa tersebut banyak menuai kritik tajam, dengan 16 personel militer yang terlibat yang menangkap anak laki-laki berusia antara 11 dan 15 tahun pada tanggal 8 Desember 2024 saat bermain sepak bola.
Kerabat dari empat remaja Ekuador yang ditangkap oleh tentara dan ditemukan tewas di dekat pangkalan militer, menghadiri pawai sebulan setelah penangkapan mereka di Guayaquil, Ekuador pada 8 Januari 2025. Foto: MARCOS PIN / AFP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar