Oct 9th 2024, 16:56, by Andreas Ricky Febrian, kumparanNEWS
Ni Kadek Sriari (21) panik, ia dan dua orang temannya sudah tiga hari berada di lantai 6 apartemennya, di Beirut, Lebanon. Peristiwa di depan matanya tak bisa ia lupakan seumur hidup.
Ia melihat sekelompok orang menembaki orang yang berada di pinggir hotel dan apartemen, pada Jumat (27/9). Sementara kelompok lainnya menembaki orang dari sebuah mobil dan beberapa motor yang melintas.
"Panik banget waktu tembak-tembakan pada tanggal 27 itu. Itu elevator (apartemen) sudah enggak ada malamnya. Kami enggak berani tidur," kata Pekerja Migran Indonesia (PMI) ini saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, Rabu (9/10).
Sri sebenarnya berniat menjadi PMI ke Dubai. Namun, nasib membawanya ke Beirut sejak awal tahun 2023 lalu. Dia menerima pekerjaan sebagai terapis setelah memastikan lewat internet soal kondisi keselamatan kerja di Beirut aman.
Menurut Sri, sebelum terjadi perang antara Israel dan Hizbullah, situasi ibu kota Lebanon itu juga aman. Tempatnya bekerja juga banyak dikunjungi pelanggan, khususnya wisatawan asal Filipina.
"Dua bulan lalu pas kita mau pulang masih banyak customer, pas di tengah Beirut (perang) kita gak ada customer," kata dia.
Pada 4 Agustus, Sri ingin segera pulang ke Indonesia. Karena, KBRI Beirut menetapkan siaga satu pada hari itu.
Apa lagi, dia sering mendengar suara dentuman ledakan bom atau rudal di daerah perbatasan.
Namun, bos tempatnya bekerja tidak memberikan izin dengan alasan situasi aksi tembak-menembak dan ledakan sudah biasa bagi warga setempat. Kota Beirut juga baik-baik saja.
"Alasan bosnya, orang dia di Lebanon sudah bisa dengar begitu, bom-bom itu, dia bilang gak papa ini sudah biasa di sini, kan kita yang takut ya," kata dia.
Tapi Sri nekat. Ia tetap niat pulang ke Indonesia bersama PMI lain, mereka diantar sebuah bus khusus yang disediakan KBRI.
Mereka menempuh perjalanan kurang lebih delapan hari, terhitung sejak 29 Oktober 2024. Mereka melakukan perjalanan pulang dengan rute Beirut menuju Damaskus, Suriah kemudian dilanjut ke Amman, Yordania.
Hingga akhirnya, mereka terbang dari Dubai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia, pada Senin (7/10). Sri tiba di rumahnya pada Selasa (8/10).
Walau baru saja menghadapi peristiwa mencekam ini, Sri mengaku tak kapok bekerja di luar negeri. Dia berharap bisa mencari pengalaman sebanyak-banyaknya ke berbagai negara.
"Memang dari dulu pengin kerja ke luar negeri, pengin tahu dunia luar," katanya.
Sementara itu, ibunya Ni Wayan Ariani (45) mengatakan, Sri memang pemberani. Walau sempat sakit saking khawatir, dia legowo Sri bisa kembali dengan sehat dan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar