Search This Blog

Dilema Kesetaraan: Mengakui Perbedaan vs Memupuk Persamaan

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Dilema Kesetaraan: Mengakui Perbedaan vs Memupuk Persamaan
May 28th 2023, 17:37, by Fitria Maharani, Fitria Maharani

Ilustrasi Keharmonisan dalam Perbedaan. Foto: ShutterStock
Ilustrasi Keharmonisan dalam Perbedaan. Foto: ShutterStock

Dalam gelombang sejarah manusia, sebuah pertanyaan yang tak pernah pudar terus menggema di setiap sudut Bumi, bagaimana kita mencapai kesetaraan sejati? Pertanyaan ini melahirkan sebuah dilema, apakah kita harus mengakui perbedaan dan merayakannya atau memupuk persamaan di antara semua individu?

Konsep kesetaraan adalah bagian integral dari demokrasi, tetapi pengertian kesetaraan seringkali menjadi subjek perdebatan. Bagi sebagian orang, kesetaraan berarti perlakuan yang sama untuk semua orang, tanpa memandang perbedaan. Sementara bagi sebagian lainnya, kesetaraan berarti memberikan hak yang sama untuk mencapai potensi penuh, walaupun itu berarti memberikan perlakuan yang berbeda.

Fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui adalah bahwa, berdasarkan data dari World Economic Forum pada 2020, tidak ada satu pun negara yang telah mencapai kesetaraan gender penuh. Fakta ini menunjukkan bahwa perjuangan untuk mencapai kesetaraan, baik melalui pengakuan perbedaan maupun pemupukan persamaan, masih jauh dari selesai.

Seperti yang diungkapkan oleh feminis dan aktivis sosial terkenal, Gloria Steinem, "Kesetaraan bukanlah sebuah konsep. Itu bukan sesuatu yang kita berjuang untuk dalam masyarakat. Itu adalah asumsi alami tentang cara hidup kita." Kutipan ini memberikan perspektif yang menarik bahwa mungkin kita harus mulai melihat kesetaraan bukan sebagai tujuan, tetapi sebagai dasar untuk interaksi sosial kita.

Adanya kepemimpinan yang mendukung kesetaraan gender. Foto: Shutterstock
Adanya kepemimpinan yang mendukung kesetaraan gender. Foto: Shutterstock

Namun, ada banyak tantangan yang kita hadapi dalam mencapai kesetaraan sejati. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana kita mengakui dan menghargai perbedaan antara individu sambil memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berhasil.

Ini adalah sebuah dilema yang sering kali sulit diatasi karena dapat mengarah pada konflik antara perlunya mempertahankan identitas individu dan kelompok dan perlunya memastikan bahwa tidak ada yang diperlakukan secara tidak adil karena perbedaan tersebut.

Dalam konteks ini, pemikiran filsuf Prancis, François-Marie Arouet, atau lebih dikenal dengan Voltaire, bisa menjadi relevan. Dia berkata, "Kesetaraan mungkin adalah hak alam, tetapi tidak ada hak alam yang tidak pernah dihancurkan oleh adat istiadat." Menurutnya, kita perlu melawan tradisi dan adat istiadat yang menghalangi kita untuk mencapai kesetaraan sejati.

Meski demikian, kita juga harus berhati-hati untuk tidak memaksakan persamaan yang dapat menghancurkan perbedaan dan keragaman yang menjadi bagian esensial dari kemanusiaan kita. Setiap individu adalah unik dan memiliki hak untuk diakui dan dihargai atas keunikan tersebut. Dalam mencoba mencapai kesetaraan, kita harus memastikan bahwa kita tidak merusak individualitas dan kebebasan.

Ilustrasi beragam wanita kuat cantik yang berjuang untuk kesetaraan dan hak. Foto: KatePilko/Shutterstock
Ilustrasi beragam wanita kuat cantik yang berjuang untuk kesetaraan dan hak. Foto: KatePilko/Shutterstock

Bagaimana kita melakukannya, tentu saja, adalah pertanyaan yang rumit dengan tidak ada jawaban yang mudah. Ada yang berpendapat bahwa solusinya ada pada pendidikan, dengan mendidik generasi baru tentang pentingnya kesetaraan dan bagaimana menghargai perbedaan. Ada juga yang berpendapat bahwa perubahan perlu datang dari atas, melalui kebijakan dan undang-undang yang memastikan perlakuan yang adil bagi semua orang, terlepas dari perbedaan mereka.

Namun, dalam menjawab pertanyaan ini, kita harus berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalam perangkap pemikiran biner yang mereduksi semua perbedaan menjadi dua kategori yang saling bertentangan.

Seperti yang dikatakan oleh Audre Lorde, seorang penulis dan aktivis hak sipil, "Bukan perbedaan kita yang memisahkan kita. Itu adalah penolakan kita untuk menerima perbedaan tersebut." Jadi, mungkin solusi sebenarnya terletak pada kemampuan kita untuk merangkul perbedaan dan melihatnya bukan sebagai halangan, tetapi sebagai sumber kekayaan dan keberagaman.

Kesetaraan sejati, mungkin, adalah tentang menciptakan dunia di mana perbedaan diperbolehkan, dihargai, dan dihormati, sementara persamaan dijamin dan dipertahankan. Sebuah dunia di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya, tanpa harus merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan standar yang seragam dan membatasi.

Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah (IKALUIN) Jakarta dan Jaringan Aktivis Perempuan memperingati Hari Perempuan Internasional dengan berkain atau memakai wastra. Foto: Dok. Istimewa
Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah (IKALUIN) Jakarta dan Jaringan Aktivis Perempuan memperingati Hari Perempuan Internasional dengan berkain atau memakai wastra. Foto: Dok. Istimewa

Ini mungkin terdengar idealis, tetapi mungkin ini adalah visi yang perlu kita pegang untuk dapat mencapai kesetaraan sejati. Seperti yang pernah dikatakan oleh Martin Luther King Jr, "Kita harus menerima kekecewaan terbatas, tetapi tidak pernah kehilangan harapan yang tak terbatas."

Dalam mewujudkan visi ini, setiap individu, komunitas, dan institusi memiliki peran. Ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah tugas yang perlu dan penting. Kesetaraan adalah sebuah perjalanan, bukan destinasi, dan masing-masing dari kita memiliki bagian dalam perjalanan tersebut. Mari kita merayakan perbedaan, memupuk persamaan, dan terus berjuang untuk dunia yang lebih adil dan inklusif.

Media files:
01h1gw3e4xsby477twybneav19.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar