Dec 16th 2024, 12:00, by Fitra Andrianto, kumparanOTO
Negara-negara di Eropa telah sepakat menaikkan pajak mobil listrik yang masuk dari China. Hal itu dilakukan sebagai salah satu cara melindungi industri otomotif mereka dari menjamurnya kendaraan murah dari China.
Namun, kata para analis, tarif impor tersebut tidak berlaku untuk mobil hybrid. Fakta itu membuat pabrikan seperti BYD mulai membuka peluang ekspansi bisnis di wilayah tersebut dengan mengapalkan mobil jenis hybrid.
Selain BYD, beberapa pabrikan mulai beralih memproduksi dan merakit mobil hybrid guna mengantisipasi pajak tinggi.
"Peningkatan ini didorong oleh OEM China yang beralih ke PHEV (plug-in hybrid) sebagai cara untuk menghindari tarif Uni Eropa yang baru untuk impor BEV (mobil listrik bertenaga baterai) dari China," kata seorang analis di Counterpoint Research Murtuza Ali.
Murtuza bilang, ekspor mobil hybrid ke Eropa mengalami pertumbuhan hingga 20 persen pada tahun ini. Ia juga memprediksi pertumbuhan tersebut akan lebih cepat di tahun depan.
Saat ini, Uni Eropa menerapkan tarif hingga 45,3 persen untuk impor mobil listrik dari China. Aturan tersebut sudah berlaku sejak akhir Oktober 2024.
Sebelumnya, komisi Eropa membantu menciptakan kapasitas produksi cadangan hingga 3 juta kendaraan listrik per tahun di China, artinya dua kali lipat untuk ukuran pasar Uni Eropa.
Mobil hybrid menyuguhkan kombinasi bahan bakar bensin dan baterai. Hal itu jadi daya tarik dan dianggap lebih terjangkau dibandingkan mobil listrik.
Berdasarkan data Asosiasi Mobil Penumpang China, dari Juli hingga Oktober, ekspor mobil hybrid ke Eropa mengalami peningkatan pesat. Bahkan peningkatannya hingga tiga kali lipat menjadi 65.800 unit dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar