Nov 26th 2024, 17:00, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksi permintaan batu bara dunia akan tetap moncer setelah Donald Trump terpilih lagi menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Tri Winarno. Menurutnya, Trump cenderung berpihak kepada energi konvensional seperti batu bara yang lebih murah daripada energi baru terbarukan (EBT).
"Batu bara masih ada prospek, karena Trump itu kan cenderung untuk business as usual dan energi yang murah kan. Jadi rasanya (permintaan) batu bara masih oke," ungkapnya saat MIND ID Commodities Outlook, Selasa (26/11).
Selain politik AS, Tri juga menyoroti kondisi geopolitik global lainnya seperti konflik Rusia dan Ukraina dan pertumbuhan ekonomi China, juga memengaruhi dinamika permintaan batu bara.
Dia mencatat saat ini produksi batu bara global mencapai 8,4 miliar ton per tahun, sementara permintaan pasar hanya 1,4-1,5 miliar ton saja. Dengan begitu, dia meminta agar produsen di Indonesia, terutama PT Bukit Asam (PTBA), tidak meningkatkan produksinya meskipun cadangan cukup besar.
"Poinnya kalau misalnya mau mengisi market internasional, itu rasanya untuk tambahin batu bara saat ini rasanya sudah agak jenuh lah. Jadi harapannya untuk teman-teman di PTBA mungkin untuk peningkatan kapasitas produksi enggak terlalu tajam sekali," tutur Tri.
Selain itu, daripada meningkatkan produksi batu bara, Tri meminta kepada PTBA untuk menggencarkan hilirisasi. Dia mencontohkan hilirisasi batu bara di Mongolia dan China, menjadi produk yang bernilai ekonomis.
"Menurut saya karena produksi kalau ditingkatkan sekali itu tidak memungkinkan juga market untuk menerima, meskipun PTBA itu cukup bagus, stripping ratio relatif masih kecil, dia bisa memilih untuk pada main di stripping ratio berapa, terus kemudian lahannya untuk lahan juga isunya gak terlalu sekencang yang lain," pungkas Tri.
Senada, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo juga mengatakan terpilihnya kembali Trump menjadi Presiden AS juga akan menguntungkan pasar komoditas.
"Kebijakannya Pak Trump ini dengan menang tentunya dia itu kan modelnya business as usual. Jadi dia kayaknya akan lebih pro kayak natural resources. Karena dia Republican, mungkin lebih ke natural resources, jadi bisnis energi fosil mungkin dia masih tetap akan dorong," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar