Persneling 4H, mode Baja, lalu saya membejek gas Ford Ranger Raptor sampai mentok pol. Seketika mobil melaju bak pesawat jet yang lepas landas. Putaran ban menggaruk tanah, melemparkannya hingga membubung tinggi.
Ini kekuatan mesin V6 3.000 cc twin-turbo EcoBoost (bensin) yang dimiliki Ford Ranger Raptor versi Thailand. Saya mencobanya dalam test track di Sa Pa, Vietnam.
Jalan sepanjang 100 meter berkontur tanah berundak-undak cuma jadi arena bermain Raptor—terlibas begitu saja.
Lalu di depan mata adalah tikungan yang kontur tanahnya sudah rusak—tergali lebih dalam gara-gara Raptor berkali-kali melewati racing line yang sama.
Ujian sesungguhnya adalah bukan hanya melintasi tikungan tersebut (karena pelan-pelan pasti bisa), tapi melintasi tikungan tersebut secepat-cepatnya.
Benar saja, mengontrol mobil tidak segampang itu: Saya berkali-kali oversteer, dan seringkali telat mengoreksi.
Kepada Tony, instruktur dari Ford Thailand yang mendampingi saya, saya bercanda mobil ini terlalu canggih bikin delay: Saat gas diinjak mendalam, ada sepersekian detik hilang sebelum mesinnya menyalak. Ternyata itu juga yang ia rasakan saat mengetes mobil ini.
Di test track begini, mungkin tidak perlu buru-buru karena ini bukan balap. Tapi apa yang Tony bilang sungguh seperti sebuah penghargaan.
"Anda pengemudi tercepat di sini. Saya sudah bisa tahu sejak merasakan pergerakan mobil dan gas anda. Ternyata anda bisa memacu mobil sebesar ini," kata Tony.
Lewati Sungai Berbatu
Saya berganti mobil ke Ford Ranger Raptor 2.0L (diesel). Inilah varian mobil yang dijual di Indonesia. Kali ini, medannya adalah lumpur dan sungai berbatu.
Sebenarnya, tanpa seperangkat alat canggih yang tersemat di mobil seharga Rp 1,103 miliar ini, semua trek bisa terlalui. Tapi apa gunanya teknologi bila tidak dipakai, kan?
Mud & Rust
Di mode ini, Raptor melahap lumpur dengan hampir tidak ada selip. Padahal saya mencoba nakal, sebisa mungkin bikin mobil ini selip, tapi nyatanya Raptor mudah saja lewat.
Rock Crawl
Sungai jernih di pegunungan Sa Pa sebenarnya tidak masalah. Yang masalah adalah batu-batu di permukaannya. Minimal, jangan sampai saya membaret bodi Raptor.
Ternyata, ground clearance yang tinggi (265 mm) bikin Raptor ini enggak sekali pun menggasruk batu sungai.
Markas Militer Vietnam
Kisah saya dengan Ford Ranger sesungguhnya sudah dimulai saat kami melaju dari hotel tempat kami menginap ke test track tersebut.
Hotel tempat kami menginap bernama Pao's Sapa. Jaraknya ke test track, 23 kilometer—sudah termasuk rehat sejenak di Desa Lao Cai.
23 kilometer itu bukan seperti dari Jakarta ke Bogor, sebab jalanannya amat kecil (cuma muat 1 mobil) dan amat curam (menanjak curam, menurun juga curam).
Nah, baik Ford Ranger maupun Ford Everest amat mumpuni di sini. Tidak ada satu pun masalah.
Di tengah perjalanan, terdengar suara di handy talky:
"Anda memasuki kawasan militer. Jangan memotret, jangan merekam video."
Beberapa saat kemudian, terlihat para pria berseragam dinas tentara.
Saya pikir kami akan diintimidasi, minimal diperiksa. Tapi ternyata tidak. Kami melambaikan tangan dari dalam mobil, dan mereka para prajurit itu membalas dengan lambaian tangan sembari tersenyum.
Yang mengesankan adalah pemandangan pegunungan Vietnam. Ini yang bikin Sa Pa disebut sebagai Swiss-nya Vietnam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar