Feb 12th 2023, 09:46, by Waode Nurmuhaemin, Waode Nurmuhaemin
Seorang teman menghubungi saya untuk menceritakan kisah sedihnya terkena PHK. Dia meminta rekomendasi pekerjaan. Sebagai temannya, saya pun tidak kalah sedihnya memikirkan beratnya hari-hari buram yang akan dia lewati.
Seperti yang kita rasakan bersama, pasca kenaikan BBM harga-harga melambung tinggi dan mencekik leher kita-kita yang hidupnya tidak punya side job yang bisa memberikan keleluasaan finasial.
Di sinilah saya merasakan alangkah tidak berdayanya menjadi "Orang pas-pas an" niat hati mau membantu, kenyataan berkata lain. Saya sendiri masih berjuang habis-habisan menata keuangan selepas menyelesaikan kuliah s3 dengan biaya mandiri.
Saya cuma bisa memberikan nasihat sekaligus saran-saran pekerjaan yang mungkin bisa mereka cari. Saya membantu memperbaiki CV nya dan memasukkannya di Linkedin berharap ada perusahaan dan pengusaha yang tertarik dengan pengalaman kerja teman saya.
Untuk bertahan hidup dia masih punya pesangon yang cukup untuk lima bulan ke depan tentu saja dengan gaya hidup pengetatan seketat-ketatnya. Saya sudah sarankan untuk pulang kampung saja, namun itu bukan pilihan terbaik.
Orang-orang di kampungnya kebanyakan bertahan hidup dari bantuan pemerintah. Tanahnya tandus dan gersang. Menguliahi orang yang baru terkena PHK, bukan pilihan yang bijak, dunianya tengah jungkir balik.
Saya hanya bisa menyemangati sesekali mengoreksi surat-surat lamaran-lamaran kerja yang akan dia kirimkan ke berbagai perusahaan. Memahami psikologi orang yang lagi terkena PHK penting supaya kita tidak melukai hati mereka yang tengah miris menatap masa depan.
Mau bodoh amat sama masalahnya , tidak mungkin saya lakukan. Dia adalah orang yang sangat baik, dan suka menolong. Rasa-rasanya nasibnya lagi apes saja.
Saat ini PHK memang tengah booming di mana-mana. Sudah saatnya kita meningkatkan kompetensi dan keahlian yang kita miliki. Sebab mengeluh tidak akan memecahkan masalah. Bagi mereka-mereka yang sudah kaya dan tajir melitir sejak lahir, masalah keuangan mungkin hanya fatamorgana.
Tapi bagi kebanyakan rakyat kecil, wong cilik mendapatkan uang satu juta saja rasa-rasanya begitu susah dan harus berkeringat-keringat dulu berliter-liter. Tapi itulah hidup, penuh duka dan suka.
Saya menyarankan dia menjadi penulis, sambil menunggu dapat kerjaan, karena dia masih punya laptop, namun jawabannya sungguh masuk akal, berapa lama saya menulis dan bisa mendapat uang dari situ?
Saat ini, yang jadi prioritas korban PHK adalah makan dan bertahan hidup. Lima bulan ke depan, dia sudah harus mendapatkan pekerjaan baru. Yang bisa kita lakukan sebagai teman adalah menjaga semangatnya agar tidak berpikir pendek untuk melakukan hal-hal kriminal dan juga mengakhiri hidup.
Nasib boleh jatuh, tapi semangat jangan jatuh. Semua orang pasti pernah mengalami saat-saat gelap dalam hidupnya. Di saat-saat begitu, jangan jauh dari Allah.
Berdoalah merengek-rengek kalau perlu sampai menangis-nangis doa orang yang lagi lemah, teraniaya ,dizalimi pasti dikabulkan. Menjadi korban PHK adalah mimpi buruk, namun ketika masanya tiba, apa yang bisa dilakukan. Sehingga memang semua yang kerja di sektor-sektor yang riskan sudah harus memiliki plan" B-Z".
Tidak terkatung-katung ketika PHK menimpa Kalau ada korban PHK yang minta tolong atau nasihat, jangan ditanggapi dengan brutal. Saya sendiri punya masalah yang rumit, ngapain memikirkan masalahmu? Jangan jadi penyebab orang bunuh diri.
Beri sedikit simpati. Kita tidak akan terlihat keren dengan memamerkan sikap bodoh amat, terlebih terhadap orang yang pernah begitu baik terhadap kita.
Semoga badai-badai PHK yang menimpa siapa saja segera berlalu dan mereka yang di PHK segera mendapatkan pekerjaan. Sedih rasanya melihat teman dan sanak keluarga murung sepanjang waktu. Memikirkan masa depan yang gelap gulita. Semoga ekonomi membaik dan pekerjaan-pekerjaan baru segera tercipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar