Dec 19th 2024, 15:22, by Muhammad Darisman, kumparanBISNIS
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan tetap stagnan berada dalam rentang 4,90 persen hingga 5,20 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W Kamdani mengungkapkan, proyeksi tersebut berdasarkan pada tekanan eksternal yang masih terjadi. Mulai dari tensi geopolitik, fragmentasi perdagangan global, berakhirnya era boom commodity (windfall) dari komoditas CPO dan batu bara, inflasi global yang mulai terkendali tetapi belum kembali pada posisi normal, hingga dinamika di Amerika Serikat pasca terpilihnya Presiden Donald Trump.
"Di level domestik isu utama yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah pelemahan kelas menengah yang selama ini menjadi penopang konsumsi dalam negeri, tekanan kenaikan PPN pada barang-barang tertentu, dan potensi layoff akibat kenaikan UMP yang tidak diimbangi dengan produktivitas masyarakat," kata Shinta dalam konferensi pers di Kantor Apindo, Kamis (19/12).
Shinta memaparkan, tahun 2024, jumlah penduduk kelas menengah hanya mencakup 47,8 juta orang, menyusut hingga 9,5 juta orang hanya dalam 5 tahun terakhir.
Selain itu, Shinta menilai tidak adanya booster pertumbuhan seperti pelaksanaan Pemilu dengan timeline yang berulang seperti tahun ini, dapat menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi tahun depan jika hanya mengandalkan faktor pertumbuhan musiman.
"Pertumbuhan ekonomi tahun 2025 masih akan ditopang oleh konsumsi domestik, diikuti dengan realisasi investasi, dan ekspor komoditas dengan dukungan hilirisasi yang semakin masif," ujarnya.
Apindo memprediksi sektor unggulan dalam distribusi terhadap PDB akan kembali didominasi oleh industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, dan konstruksi. Masing-masing sektor tersebut diproyeksikan akan menguasai lebih dari 10 persen porsi distribusi dalam PDB tahun depan.
Apindo berpendapat pertumbuhan sektor yang berhubungan dengan akomodasi makanan dan minuman, administrasi pemerintahan, jasa perusahaan, transportasi dan pergudangan, dan jasa lainnya akan mengalami degradasi akibat pemotongan biaya perjalanan dinas pemerintah sebesar 50 persen yang akan memengaruhi MICE (Meeting, Incentive, Conferences, and Exhibition) di daerah.
"Dunia usaha juga menyoroti dua sektor lain yang akan tumbuh dengan pesat ke depan adalah ekonomi digital yang akan sangat dipengaruhi oleh transformasi digital dan ekspansi di e-commerce, serta sektor hijau yang dipengaruhi oleh komitmen terhadap keberlanjutan," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar