Sep 23rd 2024, 05:32, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Kisah Andre Satria Octavino, seorang karyawan startup yang terkena layoff alias PHK sejak akhir Juli 2024 menjadi berita yang ramai dibaca pada Minggu (22/9).
Selain itu, banyaknya rumah subsidi yang ditinggal penghuni di Perumahan Citra Madani, Maja, Kabupaten Lebak, Banten juga menjadi berita populer di kumparanBISNIS. Simak rangkumannya.
Kelas Menengah Terhempas PHK
Andre merupakan salah satu karyawan yang terdampak PHK dengan kondisi memiliki cicilan rumah dan mobil yang mencapai Rp 10 juta per bulan membuatnya menjual ini-itu. Termasuk iPhone 15, Samsung Galaxy Flip 4, serta sejumlah tas branded yang dia miliki.
Sejak kejadian tersebut, ia sadar kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia tengah tidak baik-baik saja. Selama 2 bulan sejak PHK, Andre telah mengirimkan lamaran kepada 30 sampai 40 perusahaan. Namun sialnya, lanjut Andre, hingga sekarang belum ada respons positif.
Situasi ini membuat dirinya depresi bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri hidup. Hal ini membuatnya bergabung dengan komunitas Move On Game On yang didirikan oleh seseorang yang juga berdampak PHK.
"Ini salah satunya sih, ini adalah opsi yang tiba-tiba ketemu sih. Komunitas kayak gini ini adalah opsi yang tiba-tiba ketemu dan memang ternyata banyak loh orang yang sama, mereka juga bisa survive. Gua pun ini yang kedua kalinya (kena PHK), jadi yang pertama aja bisa survive, masa sekarang enggak," jawab Andre.
Orang tersebut adalah Lingga Wastu (38). Lingga membentuk komunitas tersebut untuk untuk mengisi waktu luang. Selain itu, ia juga tergerak oleh kisah temannya yang sampai tidak bisa makan karena kena PHK.
"Kebetulan kemarin sempat ngobrol sama teman yang salah satunya udah 8 bulan belum dapat kerjaan. Dia ini laki-laki, single father, sampai dia cerita ini kondisinya dia hampir mati: 'Antara gue yang makan atau anak gue yang makan'," kata Lingga menceritakan temannya.
Berdasarkan data dari Move On Game On, 40 persen atau mayoritas orang kena PHK yang join di grupnya adalah karyawan berusia 33-40 tahun. Diikuti oleh karyawan berusia 26-32 tahun yang mencapai 35,56 persen.
Sebelumnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kelas menengah di Indonesia terus merosot. Pada 2019, tercatat ada 57,33 juta kelas menengah atau 21,45 persen dari total penduduk Indonesia. Kini pada 2024, jumlah kelas menengah menjadi 47,85 juta orang atau 17,13 persen dari total penduduk Indonesia.
Data itu menunjukkan bahwa kelas menengah di Indonesia menyusut hingga 9,48 juta orang dalam lima tahun terakhir. Pada periode yang sama, terjadi peningkatan jumlah dan persentase kelompok penduduk rentan miskin dari 54,97 juta orang menjadi 67,69 juta orang atau dari 20,56 persen menjadi 24,23 persen. Sementara itu, kelompok menuju kelas menengah dari 128,85 juta orang menjadi 137,50 juta orang atau dari 48,2 persen menjadi 49,22 persen.
Realita Rumah Subsidi
kumparan menyambangi rumah subsidi yang berlokasi di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten ini pada Jumat (20/9), suasana sepi terasa sedari gerbang masuk perumahan.
Dari pantauan tersebut, jalanan perumahan masih tanah berbatu tak merata dan dinding rumah retak menjadi pemandangan sepanjang mata. Kendati kondisi perumahan seperti itu, masih ada pemilik yang memilih bertahan.
Perumahan tersebut terdiri dari 33 unit rumah dengan dua tipe, tipe 36/100 dibanderol dengan harga Rp 166 juta per unit, dan tipe 38/100 dengan harga Rp 235 juta per unit.
Sri Husniati jadi salah satu penghuni perumahan yang mengaku kerasan tinggal meski belum punya banyak tetangga. Sri merasa tempat tinggalnya ini masih relatif aman meski sepi penghuni.
"Nyaman, aman sih tidak ada apa-apa. Ibu sempat lama berdua doang (di sini) tapi lama-lama alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang," ujarnya kepada kumparan, Jumat (20/9).
Walau begitu, ia ingin infrastruktur jalan dapat segera diperbaiki. Ia yakin langkah tersebut bakal jadi pendorong agar perumahan tak sepi penghuni lagi.
Selain Sri, kumparan juga menghampiri Ririn yang mengatakan, Perumahan Citra Madani masih memiliki banyak kekurangan. Salah satunya akses transportasi.
"Transportasi terdekat dari sini itu kereta, dari sana ke sini pakai ojek online. Sebenarnya di sini itu transportasinya terlalu jauh, ke pasar aja jauh sekali. Untuk ongkos ke pasar aja Rp 25 ribu, transportasi jadi harus punya sendiri," keluh Ririn.
Selain di Perumahan Citra Madani, kumparan juga menghampiri rumah murah di Vila Kencana, Cikarang, bahkan kondisinya lebih buruk. Perumahan yang ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) banyak yang kosong.
Berdasarkan kunjungan kumparan pada 8 Mei 2024, sebagian besar rumah dalam kondisi kosong, hancur, bahkan dipenuhi tumbuhan rumput lebat.
Ketua RT 06 Vila Kencana Cikarang, Indah, mengungkapkan rumah kosong itu sebenarnya sudah laris terjual meski sudah ditumbuhi rumput.
"Kondisinya sih sebenarnya peminatnya banyak, sudah ada pemiliknya, sudah sold out semua di sini," ungkap Indah saat ditemui kumparan di rumahnya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat kuota bantuan program subsidi perumahan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang mencapai 166.000 unit tahun ini telah habis dialokasikan.
Berdasarkan data dari Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mencatat penyaluran FLPP tahun 2024 telah tersebar di 33 provinsi di 387 kabupaten/kota.
Sebaran tersebut terdiri dari 9.830 perumahan yang dibangun oleh 6.635 pengembang yang telah bekerja sama dengan 37 bank penyalur. Meski demikian, banyak rumah bersubsidi di beberapa provinsi yang kosong tidak dihuni. Tingkat kekosongan itu mencapai 60-80 persen.
Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI), Bambang Eka Jaya, mengatakan banyaknya rumah subsidi yang sepi dan terbengkalai di beberapa wilayah karena ada yang membeli rumah tersebut sebagai bagian dari tabungan atau investasi jangka panjang.
Ia bilang, rumah subsidi saat ini banyak yang lokasinya berada di pinggiran kota. Sehingga akses transportasinya belum memadai. Dengan kondisi tersebut, banyak rumah subsidi yang sulit terjual.
Selain itu, meski rumah subsidi dibanderol dengan harga yang murah, namun dalam perencanaan pembangunan harus diperhatikan juga kualitas, akses transportasi, hingga fasilitas pendukung masyarakat setempat.
"Sarana transportasinya, fasilitas-fasilitas yang ada di situ apa aja, gitu ya. Karena kan orang tinggal kan bukan hanya sekadar tinggal kan," ujar Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar