Nov 29th 2024, 12:42, by Rini Friastuti, kumparanNEWS
Angka golput di Pilgub Jakarta 46,95 persen, menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Wakil ketua Komisi II DPR RI Dede Yusuf menilai, tak menariknya desain TPS menjadi salah satu alasan warga banyak yang golput.
Menurutnya, masih banyak TPS yang terletak di dalam gang sehingga menyulitkan para pemilih yang menggunakan mobil.
"Kebanyakan kan TPS-nya ada di gang-gang ya. Sementara pakai mobil, mohon maaf, parkir mobil aja kan agak sulit kalau TPS-nya ada di dalam gang-gang. Sehingga akibatnya, 'aduh parkirnya susah nih', akhirnya gak jadi, itu juga bisa jadi salah satu sebab," tuturnya kepada kumparan, Jumat (29/11).
Lalu, menurut Dede, tenda-tenda TPS masih tidak menarik secara dekorasinya. Menurutnya, tenda TPS seharusnya lebih didandani.
"Artinya pembuatan TPS itu tidak semenarik ketika kita ada perayaan 17 Agustusan setiap gang didandanin, itu kan menarik," ujarnya.
"Ya, yang jelas sih kalau di daerah kan kita sudah lihat tuh banyak sekali yang didesain sedemikian rupa jadi kayak tempat buat instagrammable lah kasarnya begitu lah. Nah, itu kan salah satu bentuk daya tarik juga untuk orang datang," tambahnya.
Selain itu, Dede menilai, angka pemilih pemula di Pilkada Jakarta sangat tinggi. Namun, sosialisasi kepada mereka masih minim, mengakibatkan banyak yang golput.
"Adik-adik kita ini mereka belum tahu. Kok nggak ada undangan, jadi gak datang. Untuk mendorong, mensosialisasikan bahwa mereka bisa ngecek DPT online Itu belum dilakukan," tuturnya.
"Padahal sebenarnya data mereka sudah masuk Tetapi karena mereka tidak ada, mungkin tidak ada yang men-drive mereka untuk datang ke TPS gitu," tambahnya.
Dede juga berpendapat, para pemilih pemula masih tidak tertarik untuk datang ke TPS sendirian. Katanya, mereka harus datang bersama orang tua.
"Saya melihat banyak anak-anak muda, pemilih-pemilih pemula itu datang dengan bapaknya atau ibunya, nah nggak ada yang datang sendirian. Artinya kalau tidak ada yang mengajak, mungkin mereka tidak tertarik untuk datang," ujarnya.
Alasannya, menurut Dede, TPS masih sulit ditemukan. Informasinya minim.
"Nah, ini lah yang kemudian, kita pun, saya sebagai warga DKI tentunya, saya pun gak tahu TPS-nya di mana, baru nyari-nyari pas di lokasi, pas di hari H itu baru nyari-nyari," tuturnya.
Dede menyimpulkan, sosialisasi informasi kepada pemilih pemula dan penempatan TPS menjadi evaluasi besar untuk KPU.
"Ya saya rasa demikian, (evaluasinya) di sosialisasi dan pemilihan tempat-tempat yang bisa digapai," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar