Nov 29th 2024, 12:35, by Ahmad Romadoni, kumparanNEWS
Pilgub Jakarta telah selesai dilaksanakan. Sejumlah lembaga survei sudah merilis hasil quick count. Bahkan KPU sudah 100% mengunggah form C1 ke Sirekap.
Poltracking salah satu lembaga yang merilis hasil hitung cepat. Hasilnya, Ridwan Kamil-Suswono 39,55%, Dharma Pongrekun-Kun Wardana 10,37%, dan 50,08%. Dengan margin off error 1%.
Yang menarik, suara pasangan Dharma-Kun melesat dibandingkan hasil survei beberapa pekan sebelum pencoblosan. Pasangan nomor urut 2 ini haya mendapatkan 3% suara.
Apa penyebabnya?
"Raihan suara 10% Dharma-Kun di Pilgub Jakarta 2024 merupakan hasil limpahan elektoral dari simpul pemilih nonmuslim yang sebelumnya mendukung Ridwan Kamil-Suswono dan Pram-Rano," kata Direktur Poltracking Indonesia, Masduri Amrawi, dalam keterangannya dikutip, Jumat (29/11).
Berdasarkan survei November Poltracking Indonesia, 60,5 persen pemilih nonmuslim memberikan suara kepada Pram-Rano, sementara 23,7 persen memilih RK-Suswono. Dinamika peralihan elektoral terjadi seketika usai RK-Suswono dan Pram-Rano meraih dukungan jelang hari pencoblosan.
Poltracking mencatat residu Pilgub Jakarta 2017 masih masih memberikan dampak terhadap Pilgub 2024. Polarisasi tersebut menciptakan kondisi kontraproduktif bagi para kandidat yang terasosiasi dengan kelompok tertentu.
"Pada RK-Suswono, peralihan suara pemilih nonmuslim terjadi akibat adanya dampak dukungan FPI Jakarta terhadap pasangan tersebut," jelasnya.
"Di sisi lain, banyaknya pemilih nonmuslim Pram-Rano beralih pilihan dikarenakan bergabungnya Anies Baswedan," terangnya.
Dharma-Kun dipandang sebagai pasangan yang lebih netral dan tidak terikat pada konflik polarisasi politik yang terjadi pada Pilgub Jakarta 2017. Pasangan ini memposisikan diri sebagai jalan tengah yang dapat menarik simpati dari berbagai kelompok pemilih.
"Pasangan Dharma-Kun dinilai tidak terikat pada dampak polarisasi Pilgub Jakarta 2017, sehingga lebih diterima oleh pemilih yang lelah dengan politik identitas," ucap Masduri.
Poltracking Indonesia juga mencatat pemilih Jakarta semakin rasional dan mencari kandidat yang tidak terasosiasi pada narasi identitas. Hal ini menjadi sinyal bahwa pemilih Jakarta menginginkan perubahan dalam cara politik dijalankan di ibu kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar