Feb 5th 2023, 13:26, by Waode Nurmuhaemin, Waode Nurmuhaemin
Saat ini, sekolah-sekolah sudah menerapkan kurikulum Merdeka. Kurikulum ini, memang bagus dan mengacu ke negara-negara maju. Tujuannya memberikan kemerdekaan untuk guru dan siswa. Guru merdeka dari tekanan administrasi, siswa menjadi subjek pembelajaran.
Ada pula projek penguatan profil pelajar pancasila. Banyak guru-guru yang kemudian mencoba memahami sendiri kurikulum ini dari platform Merdeka mengajar.
Kurikulum ini akan menambal learning loss dan juga meningkatkan nilai PISA kita yang stagnan selama dua puluh dua tahun. Ada juga pembelajaran berdeferensiasi di sana. Kurikulum ini, adalah kurikulum yang dirancang untuk memenuhi pembelajaran abad 21.
Semua tentu saja mendukung. Wajah buram pendidikan kita perlu diakhiri. Kurikulum ini sudah berhasil diterapkan di 2.500 sekolah penggerak dan SMK keunggulan. Namun, pemerintah kiranya perlu segera memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak dan memberikan akses listrik, internet serta mencukupi guru-guru di daerah-daerah 3T.
Pada pidato Mendikbud Ristek di PBB mendapat tepuk tangan atas keberhasilan digitalisasi pendidikan Indonesia. Kita semua tentu saja bangga dan juga berharap semua sekolah Indonesia—akan sama dari Jakarta hingga Merauke—terdigitalisasi.
Masih ada waktu dua tahun untuk mewujudkan program merdeka mengajar sukses dari Sabang sampai Merauke. Tahun ini, 2023 menurut Menkeu angka anggaran pendidikan menyentuh 600 triliun lebih tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Bisalah kiranya semua guru honorer diangkat P3K sehingga sekolah-sekolah di pelosok bisa juga tersentuh kecanggihan kurikulum Merdeka.
Yang paling penting adalah, kesadaran pemerintah baru di 2024 agar kurikulum Merdeka jangan diganti lagi. Beri kesempatan kurikulum ini memperbaiki mutu pendidikan Indonesia meskipun menterinya ganti. Pendidikan harusnya tidak perlu diotak-atik jika memang program yang ada bagus dan unggul.
Mengganti kurikulum sangatlah mahal. Dananya yang triliunan rupiah bisa dipakai untuk memperbaiki infrastruktur sekolah dan pengangkatan guru agar distribusi guru merata. Di samping itu, pergantian kurikulum akan menyedot banyak energi satuan pendidikan.
Tenaga serta dana yang besar sebaiknya dipakai untuk mengukuhkan kurikulum ini di 2024 dan setelahnya. Pergantian kurikulum yang terus saja terjadi tanpa urgensi adalah hal yang sia-sia. Negara-negara maju merancang dengan baik pendidikan mereka, agar pencapaian pendidikan terukur dan tidak gampang berubah.
Kurikulum bukan kitab suci yang tidak bisa diubah. Namun, mengubah kurikulum hanya karena ganti menteri juga sungguh tidak terlalu menggembirakan. Guru dan siswa akan kembali mengulang ritual bingung menghadapi kurikulum baru.
Negara-negara maju memiliki tradisi pelaksanaan kurikulum yang berkesinambungan. Finlandia contohnya, mereka mengubah kurikulum di tahun 2014, yang sudah dirancang sejak tahun 1990 an. Negara-negara maju memiliki blue print pendidikan sehingga ganti pemerintahan tidak otomatis mengganti seluruh program pendidikan. Mereka sangat hati-hati dalam mengubah program-program pendidikan.
Kurikulum Merdeka baru seumur jagung. Diluncurkan di Februari tepat setahun yang lalu. Sebaiknya kurikulum ini, dipakai dulu selama lima atau sepuluh tahun, sebab untuk melihat keberhasilan suatu kurikulum memang tidak bisa instan dan tergesa-gesa.
Kita semua insan pendidikan berharap, jangan ada lagi, ganti menteri ganti kurikulum. Sebab pendidikan adalah investasi jangka panjang. Mau sampai kapan ganti kurikulum?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar