Search This Blog

Rupiah Terus Anjlok, Apindo Beri Sinyal Bakal Ada PHK

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Rupiah Terus Anjlok, Apindo Beri Sinyal Bakal Ada PHK
Dec 19th 2024, 14:06, by Muhammad Darisman, kumparanBISNIS

Ilustrasi Uang Rupiah Foto: Thinkstock
Ilustrasi Uang Rupiah Foto: Thinkstock

Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS sejak pagi terus mengalami tren pelemahan. Berdasarkan data Bloomberg Kamis (19/11) pada pukul 11.08 WIB, kurs rupiah anjlok 193.50 poin atau 1,20 persen berada di level Rp 16.291 per Dolar AS.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan nilai tukar rupiah selama tahun 2025 akan bergerak dalam rentang Rp 15.800-Rp 16.350 per dollar AS

Ketua Komite Analisis Kebijakan Ekonomi Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Apindo Aviliani mengatakan, pergerakan rupiah masih bergantung pada portofolio asing. Seperti ketika ada yield yang menarik di Amerika Serikat dan ada insentif yang menarik di sana.

"Cenderung mereka akan, sepertinya dolar pulang kampung gitu ya, sehingga biasanya rupiah cenderung lemah," ujar Aviliani di Kantor Apindo Jakarta, Kamis (19/12).

Aviliani mengatakan, Bank Indonesia (BI) telah berupaya menstabilkan keadaan tersebut dengan DHE dan SRBI. Meski demikian, ia menilai nilai DHE masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan nilai impor.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani dan Ketua Komite Analisis Kebijakan Ekonomi Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan APINDO Aviliani di acara konferensi pers outlook perekonomian APINDO 2025 di Kantor APINDO. Foto: Ghifari/kumparan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani dan Ketua Komite Analisis Kebijakan Ekonomi Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan APINDO Aviliani di acara konferensi pers outlook perekonomian APINDO 2025 di Kantor APINDO. Foto: Ghifari/kumparan

"Karena itu ke depan, bisnis-bisnis yang mulai harus dikembangkan oleh pemerintah dengan insentifnya dan segala macam kebijakan-kebijakannya itu harus yang berbasis pada ekspor. Ekspor, kita bicaranya jangan di hilirisasi saja, tapi juga hulu. Nah kita sering kali melupakan hulunya," jelas Aviliani.

Hal tersebut berdampak pada industri, di mana impornya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasilnya. Sehingga nilai tambah yang diciptakan dari industri itu terlalu rendah.

"Akibatnya apa? Akibatnya nilai tambah yang kita koleh dari devisa jadi rendah. Nah itu yang harus dipikirkan oleh pemerintah ke depan adalah terkait dengan orientasi ekspor," kata Aviliani.

"Nah oleh karena itu, menurut saya Departemen Perindustrian sudah mulai harus mengetaui mana sih yang nilai tambahnya itu tinggi, kemudian insentifnya juga perlu disiapkan," ungkapnya.

Menurut Aviliani, kondisi anjloknya rupiah ini menguntungkan bisnis yang berorientasi pada impor. Sebab, ketika rupiah sedang melemah, impornya menjadi lebih mahal.

Namun, tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut juga melakukan efisiensi agar tetap bisa bertahan. Salah satunya dengan melakukan PHK.

"Nah efisiensi ini yang biasanya akibatnya ke PHK, kemudian efisiensi ini juga akibatnya ke berbagai hal yang supaya mereka tetap bisa survive," kata Aviliani.

"Kalau gak bisa survive, akhirnya apa dia? Naikin harga barang. Nah jadi inflasi bisa jadi juga karena pelemahan rupiah. Ini yang terjadi," ujarnya.

Adapun sektor yang paling berdampak atas anjloknya rupiah ini yaitu sektor yang berhubungan langsung dengan banyak masyarakat, salah satunya air bersih.

"Hampir semua sektor tumbuhnya itu masih positif, masih bagus. Justru yang jelek itu adalah air bersih. Jadi menurut saya ini yang perlu diperhatikan," kata Aviliani.

Selain itu, sektor yang berdampak lainnya yaitu konsumsi pemerintah. Padahal konsumsi pemerintah itu penting, sebab menjadi sumber dan juga stimulus. Oleh karena itu, dua sektor tersebut harus diperhatikan

Media files:
rhtzbjzshx5j2pce91wu.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar