Search This Blog

Banyak Petani Miskin di Indonesia, Lahan Kecil hingga Modal Susah Jadi Masalah

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Banyak Petani Miskin di Indonesia, Lahan Kecil hingga Modal Susah Jadi Masalah
Sep 1st 2024, 12:12, by Ema Fitriyani, kumparanBISNIS

Seorang petani menyiapkan sawah untuk disemai di Piliyandala, di pinggiran Kolombo, Sri Lanka. Foto: Lakruwan Wanniarachchi/AFP
Seorang petani menyiapkan sawah untuk disemai di Piliyandala, di pinggiran Kolombo, Sri Lanka. Foto: Lakruwan Wanniarachchi/AFP

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 47,94 persen profil pekerjaan dari penduduk miskin ekstrem berasal dari sektor pertanian. Hal ini disebabkan banyaknya masalah yang dialami petani.

Direktur Institute for Development of Economics and Development (INDEF) mengungkap banyaknya petani yang ada di kategori penduduk miskin ekstrem disebabkan oleh berbagai masalah, mulai dari kecilnya lahan hingga susahnya cari permodalan. Ini yang membuat pendapatan mereka rendah.

"Karena aset kepemilikan lahan kecil sekali, di bawah setengah hektar, 0,4 sekian, sehingga apa pun cara untuk meningkatkan pendapatan tapi kalau kapasitas permodalan mereka sangat rendah sulit sekali," ungkap Tauhid pada kumparan, Minggu (1/9).

Tauhid melihat kecilnya lahan garapan yang dimiliki petani juga memiliki dampak yang signifikan pada kapasitas produksi. Sekalipun ada pupuk subsidi.

Masalah lain adalah biaya produksi yang tinggi pada sektor pertanian turut berpengaruh pada penghasilan petani. Hal ini dapat dilihat dari keuntungan petani yang tidak terlalu besar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad usai acara Gambir Trade Talk 15 di Jakarta Pusat, Rabu (14/8). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad usai acara Gambir Trade Talk 15 di Jakarta Pusat, Rabu (14/8). Foto: Widya Islamiati/kumparan

"Kenaikan biaya produksi seperti pupuk, pestisida, upah tenaga kerja itu lebih jauh besar sekali sehingga keuntungan yang mereka dapat tidak signifikan," kata Tauhid.

Kecilnya lahan pertanian juga tidak hanya berpengaruh pada pendapatan petani tetapi juga buruh tani. Dengan kecilnya lahan, buruh tani hanya mendapatkan sedikit pekerjaan yang tentu berdampak pada kecilnya penghasilan.

"Buruh tani juga situasinya tidak terlalu signifikan bagus karena sekarang karena kepemilikan lahan kecil yang bisa mereka garap juga kecil. Apalagi upah buruh tani dibandingkan upah buruh sektor lain termasuk paling rendah, dibanding buruh industri, buruh sektor jasa, buruh kuli bangunan," ungkapnya.

Selain dari sektor pertanian, Tauhid juga mengungkap sepinya pemasukan pada sektor informal seperti buruh pembangunan juga berdampak pada petani. Ia melihat banyak petani yang juga menggeluti pekerjaan sektor informal selain bertani untuk meraih penghasilan tambahan.

"Misalnya pada musim yang kosongnya dari pertanian mereka bekerja sebagai buruh atau apa pun tambahan. Tetapi situasi sektor perburuhan apakah buruh sektor informal pembangunan, di pabrik dan sebagainya sekarang lagi sepi sehingga tidak ada penghasilan tambahan mereka," terang Tauhid.

Petani dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Amanah memtik biji kopi Arabika Priangan jenis Yellow Bourbone di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/8/2024). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Petani dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Amanah memtik biji kopi Arabika Priangan jenis Yellow Bourbone di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/8/2024). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Berdasarkan data BPS, dari rumah tangga miskin ekstrem dengan anggota rumah tangga non-tunggal, mayoritas lebih dari 50 persen bekerja di sektor pertanian atau petani dan dengan status pekerja informal dan ada 9,34 persen yang tidak memiliki toilet.

"Kalau kita lihat bagaimana profil pekerjaan dari penduduk miskin ekstrem, memang 47,94 persen penduduk miskin ekstrem ini bekerja di sektor pertanian," kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2024 dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (30/8).

Media files:
01g7jzbm9qzqm35bpd8z9xp1v4.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts