Nov 26th 2022, 11:05, by ainun nabila, kumparanNEWS
Staycation mulai bergeser jadi istilah baru yang bermakna negatif. Ini terutama untuk sebagian anak muda yang ingin melakukan aktivitas seksual dengan dalih 'tinggal di hotel'.
Mereka ini adalah orang yang belum memiliki ikatan pernikahan. Mulai dari berstatus pacaran, Friends with Benefits (FWB), atau bahkan sekadar ingin One Night Stand (ONS).
Untuk kamu yang masuk kategori di atas dan sering gonta-ganti pasangan, dokter kelamin dan psikolog ingatkan bahayanya. Bukan hanya penyakit menular seks, gangguan mental juga dapat jadi dampak berhubungan seksual tanpa status yang jelas.
Penyakit Menular Seksual
Pakar andrologi dan seksologi Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, menyebut melakukan aktivitas seksual lebih dari satu orang tidak disarankan dalam dunia kesehatan.
Pasalnya tidak ada jaminan bahwa pasangan seks sehat secara jasmani. Kemungkinan terkena penyakit menular seks terbuka saat melakukan kegiatan ini pada lebih dari satu orang. Terlebih bila dilakukan bergonta-ganti tanpa status yang jelas.
"Nah yang di sini bahayanya kalau kemudian berganti-ganti pasangan. Mengapa, karena kita tidak tahu pasangan itu siapa, sehat atau tidak, nah itu masalahnya," ujar dr.Wimpie.
"(ketika) satu orang bisa melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, dan pasangannya ini bisa juga (melakukan seks) dengan pasangan orang lain lagi kan. Nah, dari sekian orang itu kita tidak tahu apakah mereka sehat enggak seksualitasnya," tambahnya.
Pemilik Klinik Grasia Dr Wimpie Pangkahila ini juga menjelaskan bahwa melakukan aktivitas seksual dengan banyak orang akan rentan terkena penyakit menular seks. Yang paling berbahaya adalah HIV/AIDS.
"Nah salah satu yang perlu diperhatikan adalah penularan penyakit. Salah satu yang masih jadi perhatian dunia sekarang adalah HIV," ujar dr. Wimpie kepada kumparan, Kamis (24/11) sore.
Ia menjelaskan bahwa HIV tetap menjadi perhatian dunia karena akibatnya cukup serius. Penyakit ini dapat memunculkan penyakit berat lain, lalu terjadi komplikasi.
Pemeriksaan Kesehatan Seksual
Per Juni 2022, akumulasi kasus HIV di Indonesia mencapai 519.158 kasus. Kondisi ini tentu juga harus diwaspai, caranya kata dr.Wimpie, adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan seksual ke dokter.
"Kalau orang tidak tahu kondisi pasangannya seperti apa, sehingga yang terbaik adalah melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan kesehatan termasuk kesehatan seksualnya, sehat nggak sih ini orang," jelasnya.
Kendati demikian, ahli seksologi ini tidak merekomendasikan memiliki pasangan seksual lebih dari satu. Pasalnya masalah 'ketidakpuasan' adalah masalah yang dapat diatasi. Sehingga mencari pengganti, tidak bisa dinyatakan sebagai solusi.
"Dari kesehatan seksual dari kesehatan pada umumnya seharusnya satu (pasangan) ya. Oleh karena itu kalau terjadi masalah itu harus segera ditangani misalnya salah satu nggak puas dengan pasangannya, ya kenapa. Itu diatasi dulu. Jangan dibiarkan yang terbaik gitu diobati," tegas dr.Wimpie.
Penyakit Mental
Bukan hanya penyakit menular seks, Psikolog Aida Malikha menyebut hubungan seks yang dilakukan lebih dari satu orang terlebih tanpa status yang jelas dapat menyebabkan penyakit mental. Mulanya meranjak dari kecemasan.
Rasa cemas ini dapat muncul dari ketakutan akan tertular penyakit menular seksual, takut hamil, ataupun rasa bersalah. Secara umum dapat dikatakan dampaknya beruntun.
"Pertama pasti kecemasan. Karena yang namanya One Night Stand (ONS) sekalipun atau FWB sekalipun itu tetap ada dampak-dampak terhadap kesehatannya dulu secara umum," ujar Aida kepada kumparan, Jumat (25/11) pagi.
"Artinya bisa menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu bisa tadi bisa terdampak PMS atau hamil di luar nikah atau juga perasaan bersalah," tambahnya.
Menurut Aida, rasa cemas ini dapat muncul sebab Indonesia merupakan negara yang budaya dan norma agamanya masih cukup kuat. Lingkungan ini membuat rasa bersalah seseorang yang melakukan aktivitas seksual tanpa hubungan yang jelas menjadi timbul. Setidaknya di awal ketika proses hubungan seksual berjalan.
"Ketika orang awal-awal melakukan itu pasti merasakan bersalah meskipun akhirnya tetap kejadian, tapi dia mikir 'duh gimana ya, aku enggak enak sama keluargaku, enggak enak sama pandangan masyarakat' dan sebagainya," jelas Aida.
Paling Merugikan Perempuan
Rasa cemas juga dapat muncul akibat ketakutan akan masa depan. Aida menyebut kondisi ini paling sering dialami oleh perempuan. Pasalnya budaya Indonesia masih menjadikan perawan sebagai hal yang penting.
"Kecemasan terhadap masa depan karena bagaimanapun kalau secara budaya kita ini masih mementingkan keperawanan, masih banyak (yang beranggapan demikian) walaupun presentasinya sudah menurun di 80%," ucap Aida.
Direktur Humanika Psychology Center ini juga menyebut perempuan adalah pihak yang paling dirugikan dalam hal seksual tanpa status yang jelas ini, sebab bekas pada perempuan dapat terlihat.
"Khususnya buat perempuan itu kerugiannya lebih banyak, karena bakal ketahuan kan kalau perempuan itu tidak perawan kalau laki-laki tidak perjaka kan tidak tampak," jelasnya.
Aida bahkan menyebut kondisi ini dapat berlanjut hingga depresi. Menurutnya ketika kecemasan berlanjut akibat takut hamil, takut kehilangan masa depan, takut terkena penyakit, ditambah rasa bersalah yang berlarut-larut. Kecemasan bisa berujung jadi depresi.
"Kecemasan bisa juga sampai depresi ketika hal itu tetap berlanjut misalnya tadi hamil, kemudian dia terkena PMS, kan kita tidak tahu pasangan kita ini sudah sekian kalinya," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar