Nov 10th 2023, 20:03, by Sinta Yuliana, Lampung Geh
Lampung Geh, Bandar Lampung - Memperingati Hari Pahlawan ke-78, puluhan pelajar mengikuti Hypnotherapy di SMK BLK Bandar Lampung yang digelar oleh Polda Lampung dan Forum Jurnalis Televisi (FJTV), Jumat (10/11).
Dalam kegiatan tersebut, para pelajar di terapi agar menjauhi segala perbuatan tercela seperti tawuran, geng motor dan balap liar.
Selain para pelajar, para orang tua pun turut dihadirkan supaya siswa dapat benar-benar berkomitmen menjadi agen pelopor perdamaian antar pelajar di Kota Bandar Lampung.
Hypnotherapy terapi itu sendiri dipimpin oleh Anggota Polda Lampung, Iptu Rosali yang merupakan pakar hipnotis.
Kepala SMK BLK Bandar Lampung, Riyanto mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan agar para pelajar dapat memilih hal yang baik dan buruk.
"Hari ini diberikan pembinaan terkait bagaimana supaya menjadi pelajar yang baik, yang berkontribusi untuk bisa menciptakan perdamaian di Kota Bandar Lampung," katanya.
Lanjut Riyanto, para pelajar itu juga diberikan beberapa pencerahan agar nantinya bisa melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat.
Menurut Riyanto, para pelajar merupakan calon-calon penerus bangsa yang akan menjadi Generasi Emas Indonesia di tahun 2045 mendatang, sehingga mereka harus diberikan pembinaan sejak saat ini.
"Mudah-mudahan anak kita bisa menjadi profil pelajar Pancasila yang diharapkan kementerian menjadi siswa yang selalu patuh dengan aturan-aturan, yang niat belajar supaya nanti menjadi Generasi Emas Indonesia di tahun 2045," tuturnya.
Sementara itu, Kapolsek Sukarame Kompol Warsito mengaku sangat menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh SMK BLK Bandar Lampung.
Warsito melanjutkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembinaan terhadap para siswa supaya dapat menolak segala bentuk aksi kekerasan dan tawuran.
"Dari kehidupan keluarga dulu. Ini rata-rata kurang komunikasi antara anak dan orang tua, kurang perhatian. Sebenarnya mereka secara ilmu agama ada yang menguasai, tapi karena kurang komunikasi, ilmu agama itu tidak dilaksanakan. Agama penting, perhatian keluarga juga penting, kemudian penggunaan handphone dengan baik," katanya.
Selain itu, menurut Warsito, pembinaan terhadap para pelajar merupakan tanggungjawab semua pihak, baik itu sekolah, keluarga, kepolisian, dan dinas terkait.
"Menurut saya ada yang harus kita kerjakan bersama, karena sekolahan sendiri saya kira tidak mampu, kepolisian sendiri juga tidak mampu, mungkin juga dari orang tua tidak mampu. Artinya kita harus menyamakan persepsi bagaimana kejadian tawuran tidak terjadi kembali. Ini kita harus punya resep atau inovasi yang harus kita laksanakan, ini salah satunya," ungkapnya.
Ia pun berharap, para pelajar yang telah mengikuti kegiatan tersebut, dapat menjauhi segala perbuatan yang negatif. Sebab, status pelajar tak menjadi halangan seorang pelaku kriminalisasi untuk di proses secara hukum.
"Walaupun masih di bawah umur, tetap kami proses. Yang terlibat pasti saya proses sampai ke pengadilan. Jangan sampai masih sekolah tapi masa depannya hancur. Saya minta stop hari ini, tidak terulang lagi dan jangan ikut-ikutan lagi. Kalau ada yang menghubungi atau memaksa, mending lapor ke kepala sekolah atau kepolisian," pungkasnya. (Yul/Put)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar