Oct 6th 2023, 18:55, by Muhammad Darisman, kumparanBISNIS
Direktur Utama AdaKami, Bernardino Moningka Vega Jr, menyebut bisnisnya merosot imbas kasus korban pinjaman online (pinjol) bunuh diri. Namun, pihaknya belum memastikan nominal kerugian yang dialami.
"Dampak secara bisnis tentunya pasti ada tapi untuk angkanya kita belum ada mungkin akhir bulan ini (diumumkan). Tapi yang kita tahu bahwa hal ini tidak berdampak positif bagi kita," kata Dino dalam konferensi pers di Hotel Manhattan, Jumat (6/10).
Menurut Dino, sampai sekarang AdaKami belum menemukan identitas korban kasus bunuh diri akibat pinjol.
"Berita viral dugaan bunuh diri dari nasabah kami, sejak berita itu ditayangkan AdaKami sudah melakukan investigasi. Dan dari investigasi kita tidak menemukan (identitas) korban," ungkapnya.
Dino meminta kepada orang yang membuat berita viral dugaan adanya korban pinjol bunuh diri untuk membantu memberikan data korban.
"Kita masih menunggu berita dari yang memviralkan. Silakan untuk diberikan informasi tentang nama korban dan identitasnya," terangnya.
Dino melanjutkan, pihaknya menggandeng pihak berwajib untuk mengusut tuntas kasus ini.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya memanggil AdaKami imbas dugaan korban bunuh diri pada Mei 2023 karena tidak mampu membayar dan diteror debt collector.
Deputi Komisioner Perlindungan Konsumen OJK Sarjito menjelaskan, pihaknya sedang melakukan pendalaman dalam membuat penjelasan perkaranya. OJK meminta seluruh pihak untuk menunggu proses pendalaman tersebut.
"Sedang dilakukan pendalaman untuk membuat terang perkaranya dengan memanggil para pihak terkait. Tunggu aja prosesnya ya nanti aku kabari semuanya," kata Sardjito kepada kumparan, Rabu (20/9).
Mengutip tweet @rakyatvspinjol, korban yang diduga bunuh diri mendapat teror dan cacian dari pihak AdaKami hingga dapat pemecatan korban berjenis kelamin laki-laki, yang memiliki seorang anak balita perempuan berusia 3 tahun.
"Di cerita ini, aku akan pakai inisial K (korban). Korban adalah seorang suami dan ayah, yang memiliki seorang anak balita perempuan. Usia anaknya masih 3 tahun," tulis cuitan @rakyatvspinjol, dikutip Rabu.
Saat korban sulit membayar tunggakan pinjol dan telat membayar, teror dari desk collection AdaKami berdatangan. Teror pertama menyebabkan korban dipecat dari kantornya. DC Adakami terus menerus menelepon ke kantor korban yang akhirnya mengganggu kinerja operator telepon.
"Setelah itu, teror order fiktif Gojek/Gofood pun berdatangan. Dalam 1 hari, ada 5-6 order fiktif yang datang ke rumahnya. Driver ojol kadang ada yang mengerti kalau itu order fiktif, namun ada juga yang ngotot disuruh bayar," sambungnya.
Pihak keluarga mengangkat telepon yang terus menerus meneror K setelah K meninggal. Orang tersebut mengaku dari pihak Adakami. Teror debt collector masih terus berlanjut dan masih terus mengirimkan order fiktif Gofood ke rumah korban, meskipun korban sudah meninggal dunia.
"Kasus ini pernah sampai di tangan kepolisian, polisi lah yang menemukan surat terakhir yang ditulis oleh K. Di dalamnya K menulis dengan sangat jelas bahwa 'AdaKami telah merusak hidupnya'," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar