Jun 19th 2023, 20:32, by Adinda Nurtopani, Adinda Nurtopani
Tantrum adalah perilaku yang biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia dua hingga empat tahun, meskipun juga bisa terjadi pada anak-anak yang lebih tua.
Tantrum terjadi ketika anak mengekspresikan ketidakpuasan atau frustrasi secara emosional dengan cara yang intens, seperti menangis, berteriak, meronta, menjatuhkan diri, atau melampiaskan emosi secara fisik.
Beberapa orang tua mungkin menghadapi tantangan dalam mengendalikan emosi ketika berinteraksi dengan anak-anak mereka, terutama dalam situasi semacam ini.
Seringkali jika emosi dan rasa lelah sudah memuncak, orang tua cenderung membentak atau berteriak kepada anak dengan tujuan agar anaknya diam. Tidak jarang juga beberapa orang tua bahkan mengeluarkan kata-kata kasar saat marah.
Menurut penelitian National Institutes of Health, berteriak atau membentak anak dapat membuat anak-anak menjadi lebih agresif, secara fisik dan verbal.
Penting sekali bagi para orang tua untuk menghindari berteriak pada anak saat mereka mengalami tantrum.
Berteriak pada anak bukan hanya tidak efektif dalam mengatasi situasi tersebut, tetapi juga dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis anak.
Berikut beberapa alasan mengapa metode komunikasi dengan membentak atau berteriak tersebut sebaiknya dihindari:
Dampak emosional negatif: Ketika orang tua membentak atau berteriak pada anak, itu dapat menyebabkan trauma emosional dan membuat anak merasa takut, cemas, atau rendah diri. Anak mungkin mengasosiasikan komunikasi dengan emosi negatif dan mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial yang sehat.
Pelajaran model yang buruk: Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Jika mereka melihat orang tua mereka menggunakan kekerasan verbal atau emosional, mereka mungkin akan mengadopsi perilaku yang serupa dalam hubungan mereka dengan orang lain.
Komunikasi yang tidak efektif: Berteriak atau membentak tidak membantu dalam menyampaikan pesan dengan jelas. Anak mungkin merasa disorientasi atau tidak dapat memahami apa yang diharapkan darinya. Ini bisa menghambat proses belajar dan menghentikan perkembangan komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak.
Sebagai gantinya, penting untuk mengembangkan cara yang lebih efektif dalam berkomunikasi dengan anak-anak:
Komunikasi terbuka: Berbicaralah dengan tenang dan menggunakan nada suara yang lembut saat berbicara dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan berikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pemikiran, perasaan, dan kekhawatiran mereka.
Jelaskan dengan jelas: Sampaikan pesan Anda dengan cara yang mudah dipahami oleh anak. Gunakan kata-kata yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman mereka. Berikan contoh dan penjelasan yang konkret.
Ajarkan keterampilan pemecahan masalah: Bantu anak untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pengelolaan emosi yang sehat. Dorong mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka dan cari solusi bersama.
Berikan pujian dan dorongan: Fokuslah pada penguatan positif dan pemberian pujian ketika anak melakukan hal-hal yang baik. Ini akan membantu membangun rasa harga diri mereka dan mendorong perilaku yang positif di masa depan.
Selalu ingatlah bahwa setiap anak dan situasi tantrum dapat berbeda. Jika tantrum terjadi secara terus-menerus atau jika orang tua menghadapi kesulitan dalam mengelolanya, penting untuk mencari saran dari profesional seperti psikolog anak atau konselor untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang tepat.
Intinya, berteriak atau membentak anak ketika tantrum adalah cara dari pola asuh yang salah. Para orang tua seharusnya paham akan hal ini dan tidak boleh menyepelekannya.
Sesungguhnya, karakter dan pola pikir anak bergantung kepada didikan orang tuanya. Jika orang tua mendidik anaknya dengan baik, tentu saja anak akan tumbuh dengan baik pula. Sebaliknya, cara mendidik yang buruk juga akan berdampak buruk kepada anak itu sendiri
Membentak hanya akan membuat pesan anda semakin tidak terdengar. Berbicaralah dengan tenang agar anak bisa mendengar kata-kata anda, bukan suara anda," —L.R. Knost.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar