PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) yang mengelola operasional Mikrotrans, buka suara terkait aksi penolakan sopir angkot trayek 44 di Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (10/5).
Menurut Transjakarta, penataan trayek yang dilakukan di sepanjang Stasiun Tebet hingga Cawang merupakan program Pemprov DKI Jakarta untuk mengintegrasikan moda transportasi umum.
"Kami sudah melakukan komunikasi dengan stakeholder-stakeholder terkait penyesuaian armada, rute dan layanan yang dilakukan termasuk juga dengan operator-operator yang bermitra dengan Transjakarta," ujar Direktur Operasi dan Keselamatan Transjakarta, Daud Joseph, dalam keterangan tertulis, Rabu (10/5).
Meskipun ada armada mikrotrans dan Transjakarta yang beroperasi di kawasan tersebut seperti Stasiun Tebet-Bundaran Senayan (6D) dan Stasiun Tebet-Karet via Patra Kuningan (6C), layanan angkot konvensional juga boleh mencari penumpang di kawasan tersebut.
"Integrasi antarmoda menjadi fokus yang terus kami tingkatkan. Hal-hal yang mendukung integrasi ini terus kami hadirkan untuk memberi layanan transportasi yang aman dan nyaman kepada seluruh pelanggan," tuturnya.
Para sopir angkot trayek 44 ini menggelar aksi mogok kerja memblokade akses menuju Stasiun Tebet, karena adanya tambahan 2 armada mikrotrans yang menurutnya tidak sesuai kesepakatan awal.
Mereka menuntut agar 2 armada baru Transjakarta ini ditarik dan tidak dioperasikan di Stasiun Tebet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar