Search This Blog

Polemik Pasien RI yang Lebih Pilih Berobat ke Luar Negeri

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Polemik Pasien RI yang Lebih Pilih Berobat ke Luar Negeri
Mar 13th 2023, 06:28, by Tim kumparan, kumparanNEWS

Ilustrasi menemani istri di rumah sakit.   Foto: shutterstock
Ilustrasi menemani istri di rumah sakit. Foto: shutterstock

Presiden Jokowi menyebut ada 2 juta orang Indonesia yang memilih berobat di luar negeri ketimbang di negara sendiri. Hal tersebut ia sampaikan usai menghadiri peresmian Mayapada Hospital Bandung, Jawa Barat, Senin (6/3) lalu.

"Karena informasi yang saya terima, hampir 2 juta masyarakat kita itu masih pergi berobat ke luar negeri apabila sakit. Padahal kita memiliki rumah sakit seperti ini. Hampir 2 juta," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, sekitar 1 juta masyarakat memilih berobat ke Malaysia, 750 ribu berobat ke Singapura dan sisanya berobat ke Jepang, Amerika Serikat hingga Jerman.

Tak hanya mengeluhkan soal 2 juta masyarakat yang lebih pilih berobat ke luar negeri, Jokowi juga menyinggung persoalan kurangnya dokter spesialis dan dokter subspesialis di Indonesia. Menurutnya, fasilitas rumah sakit yang baik harus didukung dengan jumlah dokter spesialis yang baik pula.

"Saya sangat mendukung pembangunan rumah sakit-rumah sakit yang kurang lebih kayak Mayapada Hospital Bandung. Memang problemnya kita masih punya problem dalam negeri. Dokter spesialisnya masih kurang atau dokter sub spesialis masih kurang. Saya sudah bisikin Pak Menkes ini harus diurus," kata Jokowi.

Infografik Sulitnya Mencari Dokter Spesialis. Foto: kumparan
Infografik Sulitnya Mencari Dokter Spesialis. Foto: kumparan

Menurut standar WHO, rasio antara pasien dan keberadaan dokter yang ideal adalah 1:1000. Namun, jika dilihat dari data kemenkes, keberadaan dokter spesialis yang tersebar di 36 provinsi, belum ada yang mampu mencapai rasio 1:1000.

Bahkan, DKI Jakarta sebagai pusat dari ibu kota di Indonesia hanya mampu menyediakan 18.637 dokter spesialis dengan rasio 1:1668.

Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Adib Khumaidi pun sempat angkat bicara soal ini. Menurutnya, setiap kabupaten/kota setidaknya harus memiliki 7 dokter spesialis.

"Tujuh (dokter spesialis) ini menjadi satu hal yang secara general bahwa setiap kabupaten/kota itu harus ada," jelas Adib, Kamis (13/10/2022)

Adib menyayangkan sekitar 42 persen kabupaten/kota di Indonesia belum memiliki 7 dokter spesialis utama ini. Padahal keberadaan 7 dokter spesialis utama menjadi kebutuhan utama para pasien.

"Problemnya sekarang masih ada sekitar data yang kita dapatkan 42% belum memenuhi 7 spesialis di daerah, masih kurang," ujarnya.

Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi.  Foto: Satgas COVID-19
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: Satgas COVID-19

Kata Kemenkes soal Pasien RI Lebih Memilih Berobat ke Luar Negeri

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengungkap, alasan sebagian masyarakat Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Fasilitas dan layanan kesehatan yang tidak merata terutama di daerah-daerah yang jauh dari kota besar dan Ibu Kota menjadi salah satu pemicu utama.

"Sering antrean yang cukup panjang, ditambah mereka yang dari Medan harus ke Jakarta, nah mungkin lebih dekat ke Penang, Malaysia," tuturnya.

Nadia juga tak menampik harga obat dan tindakan medis di Indonesia memang kadang lebih tinggi dibandingkan di luar negeri.

Untuk itu, pihaknya akan membenahi sarana dan prasarana di Indonesia secara merata, sehingga pasien tidak perlu pergi ke luar negeri untuk mendapatkan layanan kesehatan yang sama seperti di kota-kota besar di Indonesia atau Ibu Kota, Jakarta.

"Harga obat dan tindakan yang sering tinggi, soal kenyamanan juga [jadi faktor]. Ke depan, akan kami siapkan sarana dan prasarana dan SDM sehingga semua RS Kabupaten/Kota dan Provinsi bisa memberikan layanan," ungkapnya.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Moh. Adib khumaidi, SpOT. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Moh. Adib khumaidi, SpOT. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan

Kata IDI soal Pemicu Pasien Indonesia Lebih Memilih Berobat ke LN

Menurut dr Adib Khumaidi, ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu rumah sakit di Indonesia tak dilirik oleh masyarakat.

Ia menyebut, masalah komunikasi dokter dengan pasien menjadi salah satunya. Menurutnya, ada dokter-dokter di Indonesia yang masih perlu memperbaiki cara berkomunikasi dengan pasien, seperti mendengar keluhan-keluhan pasien.⁠

"(Masalahnya) komunikasi. Dokter Indonesia sebenarnya dengan komunikasi yang baik, lebih banyak mendengar keluhan pasien, maka itu akan bisa dirasakan," ujarnya kepada wartawan.⁠

Selain itu, pemicu lainnya berkaitan dengan biaya rumah sakit yang lebih mahal di Indonesia dibanding luar negeri karena penerapan pajak. ⁠

Media files:
fd8a141juwudd4yr6bli.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar