Search This Blog

Transformasi Pendidikan Vokasi: Mempersiapkan Generasi Muda untuk Masa Depan

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Transformasi Pendidikan Vokasi: Mempersiapkan Generasi Muda untuk Masa Depan
Oct 8th 2024, 15:37, by Tatang Muttaqin, Tatang Muttaqin

Ilustrasi anak muda. Foto: Shutterstock
Ilustrasi anak muda. Foto: Shutterstock

Era digitalisasi dan industri 4.0 menjadi salah satu tantangan pendidikan vokasi di Indonesia yag membutuhkan respons cepat dan tepat. Perkembangan teknologi yang pesat di bidang otomatisasi, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan internet of things (IoT) berdampak semakin melebarkannya kesenjangan antara keterampilan lulusan dan kebutuhan dunia kerja.

Merujuk Future of Jobs Report 2023, teknologi akan memainkan peran penting dalam perkembangan korporasi lima tahun ke depan. Lebih dari 85% organisasi mengidentifikasi peningkatan adopsi teknologi baru dan terdepan serta perluasan akses digital. Ada 23% pekerjaan yang diprediksi akan berubah dalam lima tahun ke depan dan 14 juta pekerjaan akan hilang akibat perubahan tren baru industri.

Selain itu, World Economic Forum (WEF) juga menyoroti perkembangan AI yang akan terus mempengaruhi bisnis secara global. Kondisi ini mendorong sektor industri untuk memiliki tenaga kerja dengan keahlian praktis dan pengalaman langsung di dunia kerja.

Di sisi lain, tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh lulusan sekolah dasar (SD) ke bawah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari jumlah penduduk bekerja Indonesia yang mencapai 142,18 juta orang pada Februari 2024, 51,95 juta orang atau 36,54% adalah lulusan SD ke bawah. Sementara itu, lulusan universitas dan PT Vokasi hanya 10,28% dan 2,39%.

Di samping itu, tenaga kerja Indonesia juga masih didominasi pekerja sektor informal, yakni 59,17%, sisanya masuk ke dalam sektor formal. Selain pekerja informal yang membutuhkan tambahan keahlian untuk meningkatkan daya saing, mereka yang masuk sektor informal juga menghadapi ketidakpastian situasi akibat perkembangan teknologi dan digitalisasi yang menuntut untuk bisa beradaptasi. Mereka harus memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat agar dapat terus menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Menilik tantangan yang ada, dibutuhkan upaya yang tepat, salah satunya melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor industri. Seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait harus berperan aktif. Hal ini sejalan dengan amanat yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.

Seiring dengan desentralisasi pendidikan dasar dan menengah, peran pemerintah daerah sangat penting dalam menjembatani dunia kerja dan juga pendidikan di daerahnya. Hal ini penting agar sumber daya manusia (SDM) yang disiapkan dapat sejalan dengan potensi dan kebutuhan tenaga kerja di daerah.

Semakin Berkualitas

Ilustrasi siswa STM. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi siswa STM. Foto: Shutter Stock

Saat ini Indonesia memiliki 14.445 sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan total 5.040.123 siswa dan 325.747 tenaga pendidik atau guru. Selain itu, melalui Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), terdapat 257.256 pendaftar yang memilih perguruan tinggi negeri (PTN) vokasi dengan 28.415 peserta yang lulus.

Jika dilihat dari rerata skor Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tahun 2024, pendidikan vokasi pun memiliki peningkatan kualitas calon mahasiswa Diploma (D-3). Gap antara pendidikan vokasi dan akademik semakin menipis, dari 48,76 persen menjadi 23 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan vokasi memiliki kualitas yang meningkat setiap tahunnya.

Peningkatan tersebut terjadi sejalan dengan tujuan program Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), di mana para calon pendaftar atau calon mahasiswa dapat memilih program studi sesuai dengan kemauan, minat, bakat, serta potensi mereka.

Program Merdeka Belajar, sebuah kebijakan dan program penting dari Kemendikbudristek bertujuan untuk mengatasi kesenjangan antara keterampilan lulusan, termasuk pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia kerja. Program ini memberikan fleksibilitas bagi institusi pendidikan dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri serta mendorong kerja sama dengan industri untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih praktis bagi mahasiswa.

Ada banyak contoh sukses dari negara lain yang bisa dijadikan acuan, seperti Jerman, Singapura, dan Korea Selatan. Di Jerman misalnya, sistem pendidikan vokasi yang dikenal sebagai Ausbildung menggabungkan pendidikan di sekolah dengan pelatihan di tempat kerja. Siswa menghabiskan waktu di sekolah dan di perusahaan sehingga mendapatkan keterampilan praktis yang relevan dengan industri. Kurikulum diperbarui secara berkala dan ada kolaborasi erat antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri untuk memastikan lulusan memiliki keterampilan sesuai kebutuhan pasar kerja.

Sistem Ausbildung Jerman bisa diterapkan di Indonesia dengan beberapa penyesuaian. Pertama, Indonesia perlu membangun kerja sama yang kuat antara industri dan pendidikan serta memastikan kurikulum selalu relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar. Kedua, tenaga pengajar harus terus diperbarui keterampilannya sesuai dengan teknologi terkini.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, menekankan tiga perubahan besar pada pendidikan vokasi di Indonesia. Pertama, sistem pendidikan yang lebih terbuka terhadap inovasi. Kedua, pembelajaran yang terintegrasi dengan dunia industri dan daerah. Ketiga, pendidikan yang lebih inklusif, aman, dan memberdayakan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek telah bahu-membahu dengan satuan pendidikan vokasi untuk mentransformasi pendidikan vokasi agar sesuai dengan kebutuhan kerja saat ini. Kerja sama dengan mitra di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) pun terus digenjot.

Tak sebatas jadi tempat magang, mitra DUDI pun terjun sepenuhnya ke sekolah untuk ikut menyusun kurikulum hingga berinvestasi dalam membuat factory teaching. Konsorsium riset vokasi di daerah juga sudah melakukan pemetaan untuk semakin mendekatkan antara kebutuhan pembangunan daerah, industri dan dunia usaha dengan satuan pendidikan vokasi.

Sashya Subono, seorang lulusan pendidikan vokasi yang berhasil bekerja di bidang animasi dan perfilman Hollywood juga menyampaikan bahwa pendidikan vokasi Indonesia telah mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas sehingga dapat berdaya saing di dunia global.

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi juga menjalin kerja sama dengan organisasi internasional dan pemerintah negara lain untuk mengembangkan program pendidikan vokasi. Kerja sama ini bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia dan memperluas peluang kerja bagi lulusan vokasi di luar negeri. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa lulusan tidak hanya siap bekerja di pasar lokal, tetapi juga mampu bersaing di tingkat global.

Meskipun masih jauh dari sempurna, berbagai ikhtiar yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi selama lima tahun terakhir mulai banyak dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Lebih dari 1,7 juta siswa SMK telah merasakan manfaat dari program SMK Pusat Keunggulan.

Dari teaching factory, SMKN 2 Salatiga, Jawa Tengah berhasil memproduksi Kartu Multifungsi yang digunakan oleh berbagai instansi, mulai dari bank, sekolah, dan sebagainya. Ada lagi SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Jember, Jawa Timur yang berhasil mengelola tambak udang sebagai sarana pembelajaran siswa sekaligus produksi udang kualitas ekspor dengan omzet mencapai miliaran rupiah.

Tiga tahun pelaksanaan program Dana Padanan (Matching Fund) juga telah mendorong ekosistem kolaborasi antara perguruan tinggi vokasi dan industri. Ribuan mahasiswa telah merasakan dampak program ini. Mereka belajar dan dibimbing langsung oleh ribuan profesional yang ikut terlibat dalam program ini setiap tahunnya.

Tidak hanya ekosistem yang terbangun, kolaborasi ini juga menciptakan produk-produk inovasi yang dikembangkan bersama industri. Salah satunya adalah Automatic Identification System (AIS) yang dikembangkan oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) bersama mitra industri, PT Palka Sarana Utama. Selain dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan antarkapal, pengembangan AIS juga mengurangi ketergantungan pada produk impor peralatan serupa.

Transformasi pendidikan vokasi adalah kunci untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia menghadapi masa depan. Kolaborasi dan komitmen dari semua pihak (pemerintah, institusi pendidikan, industri, dan masyarakat) adalah kunci untuk mencapai visi ini. Dengan langkah-langkah strategis dan kerja keras, pendidikan vokasi di Indonesia dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.

Berkelanjutan

Ilustrasi siswa SMA. Foto: Agewib/Shutterstock
Ilustrasi siswa SMA. Foto: Agewib/Shutterstock

Transformasi pendidikan vokasi membutuhkan dukungan berkelanjutan. Pemerintah perlu terus mendorong kebijakan yang mendukung pendidikan vokasi, termasuk insentif bagi perusahaan yang bermitra dengan institusi pendidikan. Institusi pendidikan harus terus memperbarui kurikulum dan metode pengajaran mereka agar sesuai dengan perkembangan terbaru di industri. Industri juga harus berperan aktif dalam memberikan pelatihan dan kesempatan magang bagi siswa vokasi.

Selain itu, penting untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap pendidikan vokasi. Selama ini, pendidikan vokasi sering kali dipandang sebagai pilihan kedua dibandingkan dengan pendidikan akademik. Padahal, pendidikan vokasi memiliki potensi besar untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai. Kampanye kesadaran dan promosi perlu dilakukan untuk mengubah pandangan ini dan menarik lebih banyak siswa untuk memilih jalur vokasi.

Dalam menghadapi era digital dan industri 4.0, keterampilan teknis saja tidak cukup. Siswa vokasi juga perlu dibekali dengan keterampilan soft skills, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kemampuan bekerja dalam tim. Hal ini penting untuk memastikan bahwa mereka dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dan tantangan di tempat kerja.

Visi Indonesia Emas 2045 adalah tonggak penting yang harus dicapai melalui pendidikan vokasi yang unggul. Untuk mencapai visi ini, kita harus memastikan bahwa pendidikan vokasi di Indonesia tidak hanya relevan dengan kebutuhan saat ini, tetapi juga proaktif dalam mempersiapkan lulusan untuk tantangan masa depan. Pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan industri dan berbasis teknologi akan menjadi kunci dalam menciptakan tenaga kerja yang kompetitif dan inovatif.

Pada akhirnya, tujuan utama dari transformasi pendidikan vokasi adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif. Dengan sistem pendidikan yang inovatif, kurikulum yang relevan, dan kerja sama erat antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri, kita dapat mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk menghadapi masa depan dengan percaya diri.

Mari bersama-sama membangun pendidikan vokasi yang berkualitas dan berdaya saing global untuk menciptakan masa depan yang gemilang bagi bangsa Indonesia. Dengan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, kita dapat mencapai visi ini dan memastikan bahwa pendidikan vokasi menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan di Indonesia.

Transformasi pendidikan vokasi adalah kunci untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045, di mana generasi muda Indonesia akan menjadi motor penggerak kemajuan bangsa yang berdaya saing tinggi di kancah global.

Media files:
ludntmfzicmv8hxcoiw5.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar