Search This Blog

Nasib Perempuan dan Anak-anak di Gaza Setelah Satu Tahun Serangan Israel

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Nasib Perempuan dan Anak-anak di Gaza Setelah Satu Tahun Serangan Israel
Oct 8th 2024, 15:09, by Hutri Dirga Harmonis, kumparanWOMAN

Kondisi perempuan di Jalur Gaza di tengah konflik Israel-Hamas. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Kondisi perempuan di Jalur Gaza di tengah konflik Israel-Hamas. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS

Sudah satu tahun sejak pecahnya konflik Israel-Gaza yang dimulai dengan serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Peristiwa itu yang kemudian memicu serangan brutal Israel ke Gaza sepanjang tahun yang belum berakhir hingga saat ini.

Konflik yang terus menyita perhatian dunia ini menyebabkan dampak kemanusiaan luar biasa di berbagai aspek. Mulai dari kerusakan infrastruktur, hilangnya nyawa manusia yang tidak bersalah, korban luka, hingga kesejahteraan perempuan yang terinjak-injak.

Bahkan perempuan yang berjuang untuk hidup di tengah konflik setiap harinya justru bernasib pilu. Tidak sedikit dari mereka yang kehilangan nyawa saat berusaha mencari perlindungan di tanah sendiri.

Perempuan & anak jadi korban jiwa terbanyak

Seorang wanita menggendong anak di lokasi pengungsian di tengah serangan Israel, berlindung di tenda kamp di pusat yang dikelola PBB, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 30 Oktober 2023.  Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Seorang wanita menggendong anak di lokasi pengungsian di tengah serangan Israel, berlindung di tenda kamp di pusat yang dikelola PBB, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 30 Oktober 2023. Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Menurut data terbaru dari Palestinian Central Bureau of Statistics per Senin (7/10), tercatat sebanyak 42.612 warga Palestina di Gaza telah kehilangan nyawa. Tak hanya itu, 102.916 orang juga tercatat menjadi korban luka dari kasus yang ringan hingga berat seperti kecacatan.

Dari total tersebut, lebih dari setengahnya alias 28.349 korbannya merupakan perempuan (11.458) dan anak-anak (16.891). Bahkan jumlah ini masih akan terus berubah setiap harinya.

Sulitnya akses produk menstruasi

Foto ilustrasi produk menstruasi. Foto: Aigul Minnibaeva/Shutterstock
Foto ilustrasi produk menstruasi. Foto: Aigul Minnibaeva/Shutterstock

Nasib memilukan tidak hanya soal perempuan yang harus meregang nyawa di tengah konflik, tapi mereka yang masih berjuang untuk hidup juga kesulitan untuk mengakses berbagai kebutuhan privat seperti produk menstruasi. Menurut data United Nations Population Fund (UNFPA), setidaknya ada 540 ribu perempuan dan anak perempuan di Gaza tidak bisa membeli pembalut akibat kelangkaan dan harganya yang naik berkali-kali lipat.

Mengutip Sky News, perempuan dan anak perempuan yang sedang menstruasi terpaksa menggunakan baju bekas, handuk yang dipotong, hingga robekan kain tenda sebagai pengganti pembalut. Bahkan lebih mirisnya lagi, perempuan juga sulit untuk mendapatkan akses privat ke kamar mandi. Menurut badan PBB yang menangani bantuan kemanusiaan untuk Palestina, UNRWA, setiap satu toilet di Gaza bisa digunakan hingga 486 orang setiap harinya.

Perempuan hamil dan melahirkan di tenda

Kondisi perempuan Gaza di tengah krisis kemanusiaan akibat serangan Israel. Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Kondisi perempuan Gaza di tengah krisis kemanusiaan akibat serangan Israel. Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Menurut data PBB per Minggu (6/10), ada sekitar 155 ribu perempuan hamil dan ibu baru di jalur Gaza yang selama satu tahun terakhir terpaksa melahirkan di tenda pengungsian. Sering kali mereka juga melahirkan tanpa bantuan medis, jauh dari akses obat-obatan, hingga kesulitan air bersih.

Konflik kemanusiaan ini menyebabkan banyak perempuan hamil mengalami keguguran, komplikasi kehamilan, melahirkan bayi dengan BB rendah, hingga kelahiran prematur. Hal ini disebabkan oleh tingkat stres pada ibu hamil yang tinggi, kekurangan asupan gizi, dan minimnya fasilitas kesehatan.

Perempuan alami krisis kesehatan

Perempuan Palestina. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Perempuan Palestina. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS

Hingga saat ini, sekitar 1,9 juta orang harus mengungsi secara nomaden selama konflik. Banyak perempuan kehilangan akses untuk perawatan infeksi, pra dan pascanatal, hingga perencanaan keluarga. Krisis fasilitas kesehatan ini juga membuat perempuan berisiko mengalami penyakit menular.

Media files:
01hdgkxwqrgygn2v1drg0tb701.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar