Search This Blog

Bagaimana Mengatasi Balita yang Sering Memukul dan Mendorong?

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Bagaimana Mengatasi Balita yang Sering Memukul dan Mendorong?
Oct 28th 2024, 12:00, by Eka Nurjanah, kumparanMOM

Ilustrasi anak suka memukul. Foto: Thinkstock
Ilustrasi anak suka memukul. Foto: Thinkstock

Melihat sikap anak yang tiba-tiba berubah jadi agresif tentu membuat orang tua khawatir. Anda mungkin melihat perilaku agresif seperti memukul, mendorong, dan bahkan menggigit saat mereka bermain dengan teman sebayanya. Tapi sebenarnya, menurut Akademi Pediatri Amerika (AAP), ledakan emosi ini adalah hal yang normal kok, Moms.

Hal ini terjadi karena anak-anak baru mulai belajar mengendalikan diri dan mengatur emosi. Tindakan agresif merupakan cara untuk menunjukkan kemandirian, mengekspresikan rasa frustasi, dan menguji keterampilan sosial.

Penyebab Balita Berperilaku Agresif

Balita menjadi agresif karena mereka sedang belajar tentang isyarat sosial, bahasa, mengendalikan tindakan, mengatur emosi, dan belajar tentang batasan.

Ilustrasi anak balita berteriak. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi anak balita berteriak. Foto: Shutter Stock

Saat proses belajar ini lah mereka dapat kewalahan dan frustrasi. Perilaku agresif ini muncul ketika mereka kebingungan menangani situasi atau perasaan. Selain itu, perilaku agresif juga dapat muncul karena masalah teritorial. Anak Anda mungkin kesal tentang sesuatu, seperti ketika berebut mainan, mainannya hilang, atau ikat rambut yang dicabut.

Namun, mereka belum mengerti bagaimana mengekspresikan perasaan. Alih-alih mengekspresikan perasaan tanpa menyinggung, mereka cenderung menyerang teman atau orang di sekitarnya.

Jadi, yakinlah perilaku agresif mereka adalah hal yang normal, Moms. Masa ini akan dilalui ketika si kecil mulai menguasai keterampilan sosial dan cara mengatur emosi.

Cara Mengatasi Perilaku Agresif Balita

1. Segera Tangani

Dikutip dari Parents, penelitian menyebut cara pertama yang bisa Anda lakukan ialah dengan segera menanggapi perilaku agresif mereka. Apabila Anda menunggu atau menunda-nunda, anak mungkin lupa apa yang mereka lakukan.

Ilustrasi orang tua menasihati anak Foto: Shutter Stock
Ilustrasi orang tua menasihati anak Foto: Shutter Stock

Pastikan anak Anda memahami aturan tersebut beserta alasan di baliknya. Misalnya, Anda dapat mengatakan "Kita tidak pernah memukul orang. Memukul itu menyakitkan."

2. Jangan Gunakan Ancaman

Sebaiknya Anda tidak mengandalkan ancaman untuk mengendalikan perilaku. Sebab hal itu tidak akan mengajarkan mengapa perilaku mereka tidak baik.

Penelitian telah menunjukkan bahwa pola asuh yang didasarkan pada rasa takut, seperti mengancam anak dengan konsekuensi seperti mengambil mainan atau memberikan hukuman, dapat menyebabkan masalah kesehatan mental di masa mendatang. Cara-cara ini dapat membuat anak merasa cemas hingga depresi

3. Jangan Biarkan Mereka Mendapatkan Apa yang Diinginkan

Perilaku agresif tersebut jangan sampai membuat si kecil mendapatkan hal yang diinginkan. Jika aksi mereka berhasil, mereka akan belajar bahwa bertindak buruk akan menghasilkan apa yang mereka inginkan.

Ilustrasi anak marah. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi anak marah. Foto: Shutter Stock

4. Bimbing Anak

Bimbing balita mencari cara yang baik saat menghadapi perasaan negatif. Penelitian menunjukkan, bahwa ketika orang tua mengajak balita untuk ikut serta dalam mencari solusi, mereka cenderung akan menerapkan solusi tersebut. Kemudian, Anda juga bisa memuji mereka apabila dapat mengatasi emosi negatifnya, Moms.

Media files:
s3yele8tcvziwuzrvx8d.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar