Jun 25th 2024, 19:08, by Muhammad Darisman, kumparanBISNIS
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membenarkan perubahan rute penerbangan kepulangan 46 kelompok terbang (kloter) jemaah haji Indonesia gelombang I, terdiri atas kurang lebih 15 ribuan jemaah.
Seharusnya, 46 kloter tersebut pulang melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, namun berubah menjadi melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan perubahan ini disebabkan perusahaan tidak memperoleh slot penerbangan dari Jeddah, meskipun sudah diupayakan sejak beberapa bulan lalu.
"Slot yang tersedia ada di Madinah, sehingga kita pindahkan," ungkap Irfan kepada kumparan, Selasa (25/6).
Terkait perubahan tersebut, Garuda Indonesia bertanggung jawab dengan menanggung seluruh biaya aktivitas perpindahan kloter, termasuk fasilitas hotel untuk seluruh jemaah.
"Kami menanggung seluruh aktivitas perpindahan ini, termasuk hotel transit buat semua jemaah," pungkas Irfan.
Perubahan rute penerbangan kepulangan haji pada 46 kloter diungkapkan oleh Ketua Komnas Haji, Mustolih Siradj. Dia menyebutkan jemaah seharusnya pulang dari Jeddah, namun berubah titik pulang menjadi dari Madinah.
"Maskapai Garuda mengubah rute penerbangan 46 kelompok terbang (kloter) jemaah haji Indonesia gelombang I yang di dalamnya terdapat kurang lebih 15 ribuan jemaah," ungkap Mustolih dalam keterangannya.
Mustolih menjelaskan, pergerakan jemaah haji Indonesia terbagi dalam dua gelombang. Pertama, jemaah haji dari Tanah Air mendarat di Bandara AMAA Madinah, lalu ke Madinah, Makkah, baru pulang melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah.
Kedua, jemaah haji dari Tanah Air mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, lalu ke Makkah, Madinah, baru pulang melalui Bandara AMAA Madinah.
"Perubahan jadwal penerbangan yang mendadak sangat merepotkan, bukan saja bagi jemaah tetapi tentu petugas dan berpotensi menambah beban biaya (cost) di luar skema," imbuhnya.
Mustolih melanjutkan, perubahan penerbangan dipastikan menimbulkan efek domino dan sistemik. Jemaah harus menempuh perjalanan lebih panjang dari Makkah ke Madinah.
"Jika dibandingkan waktu tempuh Makkah ke Jeddah kurang lebih 1,5 jam. Sementara Makkah ke Madinah bisa mencapai lebih 8 jam. Ini tentu merepotkan dan melelahkan jemaah," tuturnya.
Selain itu, perubahan ini memecah konsentrasi petugas. Dalam kondisi normal, kata dia, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Bandara, semestinya terkonsentrasi mengawal pemulangan jemaah haji gelombang I di Jeddah. Akibat perubahan rute, petugas harus membagi pelayanan di Madinah.
"Konsekuensi lanjutannya mengharuskan penyiapan layanan tambahan di Madinah di luar jadwal yang telah direncanakan yang mencakup akomodasi, konsumsi, dan transportasi sehingga menambah beban biaya baru," ungkap Mustolih.
Di samping itu, lanjut dia, perubahan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan ta'limatul hajj yang mengharuskan perjalanan haji satu rute. Hal ini menyebabkan tim e-hajj dari Kementerian Haji dan Umrah harus mengubah sistem khusus untuk 46 kloter tersebut.
"Waktu keberangkatan juga harus dimajukan 24 jam lebih cepat agar jemaah memiliki waktu untuk beristirahat," jelas Mustolih.
Mustolih pun meminta Menteri Agama dan DPR melakukan evaluasi secara menyeluruh kepada Garuda Indonesia karena mengakibatkan kerugian materiil dan imateriil kepada ribuan jemaah.
"Garuda harus bertanggung jawab termasuk memberikan kompensasi dan ganti rugi kepada jemaah sesuai dengan regulasi penerbangan," pungkasnya.
Berikut daftar 46 kloter dengan rute penerbangan kepulangan melalui Bandara AMAA Madinah:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar