Mar 20th 2024, 18:12, by Salmah Muslimah, kumparanNEWS
Kementerian Agama membuat kebijakan baru dalam penyelenggaraan ibadah haji 2024 terkait penempatan jemaah Indonesia di Mina. Tahun ini, tidak ada jemaah yang akan ditempatkan di Mina Jadid, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun 2024, penempatan jemaah haji Indonesia yang sebelumnya di Mina Jadid untuk musim haji ini direlokasi ke wilayah Muaishim," kata Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kemenag, Arsad Hidayat.
Hal itu dikatakan Arsad saat menyampaikan materi pada kegiatan Bimbingan Teknis PPIH Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (20/3).
Perubahan ini, kata Arsad, sebagai upaya menambah kenyamanan jemaah haji Indonesia dalam beribadah terutama jemaah lansia agar tidak terlalu jauh dengan Jamarat— tempat lempar jumrah. Perubahan ini juga didasarkan pada masukan dari masyarakat terkait pelaksanaan ibadah Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) yang merupakan masa puncak haji.
Perubahan lokasi ini akan sangat membantu jemaah haji khususnya jemaah haji lansia. Pada penyelenggaraan haji 2023, jemaah yang menempati maktab 1-9 berada di kawasan Mina Jadid.
Mina Jadid berada di kawasan Muzdalifah atau sekitar 7 km menuju ke Jamarat. Dalam rangkaian ibadah haji, jemaah sedikitnya 3 kali bolak balik dari Mina ke Jamarat.
Sedangkan kawasan Muaishim jaraknya lebih dekat, sekitar 4-5 km menuju ke Jamarat.
Haji Ramah Lansia
Selain itu, Asad mengatakan sesuai tema haji tahun ini, yakni "Haji Ramah Lansia", Kemenag terus melakukan perbaikan agar layanan lansia semakin baik.
Kepada para petugas haji, Arsad mengingatkan bahwa para petugas haji adalah pelayan bagi para tamu Allah. Karenanya, setiap petugas haji harus siap menghadapi tantangan yang mungkin dihadapi saat melaksanakan tugas nanti.
"Petugas haji tugasnya adalah melayani tamu Allah, dan dipilih oleh Allah. Bapak Ibu diharapkan bukan hanya menandatangani pakta integritas, namun harus siap dengan tantangan yang akan dihadapi pada penyelenggaraan haji tahun ini," katanya.
Dia juga sudah mengungkapkan sejumlah tantangan yang mungkin dihadapi pada penyelenggaraan ibadah haji nanti. Pertama, soal pelayanan kepada 45.000 jemaah haji lansia.
Dalam melayani lansia, gambaran sederhana adalah melayani orang tua kita. Harus kita sambut, siapkan tempat terbaik, makanan terbaik, demikian pula pada jemaah lansia ini. Siapkan yang terbaik, layani dengan baik, komunikasi dengan bahasa yang baik, dan jangan sakiti mereka," pesan Arsad.
Jemaah Wafat Tertinggi dalam Sejarah
Selain tantangan pada jemaah haji lansia, Arsad menuturkan bahwa pada tahun 2023, jumlah jemaah haji yang wafat lebih dari 820.
"Angka tersebut merupakan angka tertinggi dalam sejarah penyelenggaraan haji. Sehingga, menjadi PR bersama supaya mendukung jemaah haji dalam kondisi nyaman, beribadah nyaman, berangkat nyaman dan pulang nyaman," lanjutnya.
Kondisi ini, lanjut Arsad, harus diantisipasi dengan memberikan alternatif ibadah bagi jemaah haji lansia dengan membuat perencanaan yang tepat, tanpa keluar dari ketentuan manasik.
Kelelahan
Dikatakan Arsad, berdasarkan informasi dari Kemenkes, angka kematian jemaah haji bertambah signifikan setelah puncak haji karena faktor kelelahan.
"Tentu, ini menjadi PR, agar konsultan ibadah dan pembimbing ibadah membuat skema alternatif saat puncak ibadah haji," imbuhnya.
"Apalagi, tahun ini, pemerintah telah merespons masukan dari jemaah terkait Armuzna. Insya Allah jemaah haji tidak ada yang tinggal di Mina Jadid," Ungkap Arsad.
Rencananya, jemaah haji Indonesia akan ditempatkan di sebelah tenda-tenda Malaysia di dekat negara-negara Asean.
"Saya harap tim akomodasi perlu memastikan kondisinya, dan mengantisipasi potensi jemaah berdesakan," tambahnya.
Musim Panas dan Bus Telat
Selanjutnya, Arsad menjelaskan bahwa musim haji tahun ini masih di siklus musim panas, bahkan bisa sampai 50 derajat.
"Ini penting, agar disosialisasikan pada jemaah, pada saat kondisi panas sekali untuk mempertimbangkan afdhal dengan mengabaikan kemaslahatan jiwa," tuturnya.
Terakhir, Arsad juga berpesan agar keterlambatan transportansi Armuzna yang disediakan oleh Masyair [konsorsium perusahaan Arab Saudi penyedia jasa] tidak terulang kembali.
"Kita perlu menyiapkan transportasi, sehingga tidak ada keterlambatan bus di Armuzna. Berbagai tantangan tersebut perlu dipersiapkan dalam penyelenggaraan haji tahun 2024," tandasnya.
Petugas haji harus selalu berseragam
Arsad meminta petugas haji mengenakan seragam selama bertugas walaupun saat berada di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.
Menurutnya petugas adalah orang pertama yang akan dicari jemaah ketika mereka menemukan permasalahan. Hal ini juga akan menunjukkan eksistensi petugas selama berada di tanah suci.
"Seragam adalah jati diri petugas haji. Sebagai pembentuk perilaku dan sikap ketika berhadapan dengan jemaah. Seragam juga akan memudahkan jemaah meminta bantuan terutama yang tersesat," ungkap Arsad.
Bukan hanya menggunakan seragam petugas, Arsad juga meminta petugas haji memegang beberapa komitmen melaksanakan tugas selama berada di tanah suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar