Muhaimin Iskandar atau kerap disapa Cak Imin berpesan kepada masyarakat yang menginginkan perubahan untuk berpartisipasi dalam pemilu. Calon Wakil Presiden dari Anies Baswedan di Pemilu 2024 itu berpesan agar menjadikan pemilu sebagai ajang untuk mengubah nasib.
"Ada dikit yang tadi belum sempat terungkap, buat teman-teman yang sedang mengalami banyak kesulitan, gaji pas-pasan, akhir bulan terpaksa makan mi instan, cari lowongan kerja masih sangat sulit, kadang-kadang kalah saingan sama orang dalam, bagi juga yang masih betul-betul menghadapi tantangan dan kesulitan, kita memang tidak mudah mengubah dunia, tapi kita bisa mengubah Indonesia dengan bersama-sama bahu-membahu untuk perubahan dan perbaikan. Jadi jangan khawatir, mari berjuang, dengan cara apa? jangan biarkan pemilu ini berlalu tanpa ada peran kita, pemilu ini harus kita manfaatkan betul agar kita bisa mengubah nasib kita," kata Cak Imin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Minggu (19/11).
Dalam kesempatan yang sama, Anies bicara soal tekanan. Hal tersebut ia ungkapkan usai beberapa waktu lalu gagal menjadi pembicara di acara bertajuk "Indonesia Future Stadium Generale" yang digelar Bersama Indonesia di Auditorium MM UGM Yogyakarta. Panitia menyebut tak ada izin dari rektorat.
Anies tidak spesifik bicara soal acara di UGM tersebut. Dia hanya menegaskan bahwa setiap tekanan apa pun harus dilewati. Sebab tekanan itu tidak sebanding dengan apa yang dihadapi oleh masyarakat saat ini.
"Tekanan sulitnya lapangan pekerjaan, tekanan mahalnya kebutuhan pokok, tekanan ketika kesulitan membayar tagihan ketika sakit. Itu semua tekanan-tekanan yang luar biasa," kata Anies.
"Jadi bagi kita-kita yang hari ini merasakan ada tekanan, enggak ada artinya itu dibandingkan tekanan yang dialami oleh rakyat. Karena itu ketika kita sekarang bicara perubahan, kita ingin tekanan-tekanan itu hilang dari masyarakat. Adapun tekanan yang kita hadapi ya itu bagian dari perjuangan, hadapi saja," sambungnya.
Anies menyebut, yang namanya perjuangan pasti ada tantangan. Dia mengatakan, upaya melakukan perubahan pasti ada pihak yang tidak menginginkannya. Hal itu, kata dia, merupakan konsekuensi logis yang harus dihadapi.
"Tapi kita sama-sama sadar bahwa tekanan terbesar bukan dialami kami-kami. Tekanan terbesar itulah yang dirasakan rakyat dan itu yang harus diubah ditambah lagi perubahan agar tidak ada lagi tantangan kebebasan berbicara, larangan untuk orang untuk datang ke kampus, larangan untuk datang dalam sebuah event," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar