Jun 4th 2023, 09:40, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden resmi menandatangani undang-undang penangguhan plafon utang pemerintah. Hal tersebut tentu membuat AS bebas dari bencana resesi akibat gagal bayar utang alias default.
Mengutip Reuters, Minggu (4/6), penandatanganan RUU dilaksanakan secara tertutup di Gedung Putih. Sehari setelah dia memuji kesepakatan itu sebagai kemenangan bipartisan. Biden mengucap pujian itu dalam pidato yang untuk pertama kalinya selama menjabat sebagai presiden, disampaikannya dari ruang kerjanya, Oval Office.
"Terima kasih Ketua DPR McCarthy, Pemimpin Jeffries, Pemimpin Schumer, dan Pemimpin McConnell, atas kemitraan mereka," kata Biden.
"Sangat penting untuk mencapai kesepakatan dan ini berita sangat baik bagi rakyat Amerika," imbuhnya.
RUU penangguhan plafon utang disetujui di DPR, yang mayoritas berasal dari Partai Republik, dengan perbandingan perolehan suara 314-117. Kongres, yang dikuasai oleh Partai Demokrat, meloloskan RUU itu dengan perbandingan suara 63-36.
Lembaga pemeringkat utang, Fitch Ratings, mempertahankan peringkat kredit "AAA" dengan pengawasan negatif (negative watch) untuk utang AS meski ada kesepakatan yang memungkinan pemerintah AS memenuhi kewajibannya.
Lebih lanjut, Kementerian Keuangan AS sudah memperingatkan bahwa pihaknya tidak dapat membayar semua tagihannya pada 5 Juni jika Kongres gagal bertindak pada saat itu.
"Kami menghindari gagal bayar malam ini," kata Pemimpin Mayoritas Senat, Chuck Schumer pada hari Kamis ketika ia mengarahkan legislasi melalui majelis yang beranggotakan 100 orang itu.
Sebelum pemungutan suara terakhir, para senator merobek hampir selusin amandemen dan menolak semuanya selama sesi larut malam untuk mengantisipasi tenggat waktu.
Dengan undang-undang ini, batas undang-undang pinjaman federal akan ditangguhkan hingga 1 Januari 2025. "Amerika bisa bernafas lega," ungkap Schumer.
Ancaman Resesi Global
Sebelumnya, jika AS gagal bayar utang akan mendorong Negeri Paman Sam itu masuk ke dalam jurang resesi. Tak hanya AS, global juga terancam resesi.
Gagal bayar utang AS bisa berimbas pada penurunan impor. Sehingga negara yang mengandalkan ekonominya melalui ekspor ke pasar AS juga akan terpukul.
Pukulan juga diperparah dengan potensi penurunan dolar AS. Nilai dolar AS yang melemah akan penurunan minat impor akibat penurunan nilai mata uang. Tak hanya itu, gagal bayar utang AS juga akan mengancam tidak lakunya US Treasuries.
Direktur Komunikasi IMF, Julie Kozack, mengatakan persoalan pagu utang atau debt ceiling masih terus berlangsung di tengah krisis perbankan yang melanda AS tersebut. IMF pun mendorong agar pemerintah dan Kongres AS mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan persoalan utang.
"Mengenai plafon utang, penting untuk diperhatikan bahwa diskusi di AS ini berlangsung pada saat yang sangat sulit bagi ekonomi global. Dan penilaian kami adalah akan ada dampak yang sangat serius, tidak hanya untuk AS, tetapi juga untuk ekonomi global jika terjadi gagal bayar utang AS. Dan kami sangat mendorong para pihak di AS untuk bersama-sama mencapai konsensus untuk segera mengatasi masalah ini," ujar Kozack dalam IMF Press Briefing, Jumat (12/5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar